"Besok kau akan pulang, dan kita akan kembali saling merindukan."Â
Kata-kata itu seketika berdengung di telinga. Sesaat sebelum aku terkapar. Aiko sudah pergi dengan seseorang. Samar-samar kulihat, orang itu menyeretnya dengan kasar.
Kupikir itu orangtua atau keluarganya. Sudah dua hari ia tak pulang ke rumah. Mereka pasti sangat marah. Hingga Aiko tak sempat mengantarku ke Bandara.
Di dalam pesawat menuju Denpasar, aku mengambil buku catatan berpita merah. Membukanya dan terkejut. Teringat pada cerita Aiko tentang legenda Urashima Taro. Dan aku terlambat menyadari sesuatu.Â
Konon seorang nelayan bernama Urashima Taro menyelamatkan seekor penyu. Atas jasanya ia diundang seorang putri, jelmaan penyu tersebut ke istana laut. Mereka hidup bersama. Hingga Urashima Taro ingin kembali ke desa dan menemui orangtuanya.Â
Sebelum pergi, sang putri memberikannya sebuah kotak perhiasan. Namun Urashima Taro tidak diperkenankan membukanya. Karena bila dibuka, sesuatu yang buruk akan terjadi. Hingga ia membuka kotak perhiasan tersebut. Urashima Taro seketika berubah menjadi burung jenjang dan terbang tinggi ke angkasa.
Di setiap lembar buku catatan Aiko, tertulis namaku dalam huruf latin. Selebihnya, ia tulis dengan huruf hiragana. Kelak aku akan membacanya dengan bantuan aplikasi penerjemah.Â
Beberapa lembar foto kami berdua di Pantai Sanur, terselip di halaman tengah. Dan sebuah foto terbaru di halaman akhir. Aiko, bayi mungil dan seorang lelaki Jepang yang memeluknya mesra dari belakang.Â
***
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian