"Kukira, hujan bulan Juni hanya milik Pak Sapardi. Kini, hal itu bukan lagi anomali," ucap Farhan.Â
Bibir merah Amira menyeruput kopi dengan nikmat. Ia menuntaskan desahan 'ah' kemudian berkata, "itu karena kalian sudah terlalu banyak merusak alam."
Respon Amira meleset jauh dari ekspektasi Farhan. Tak mau kalah bicara, Iapun berkata, "realistis sajalah, manusia membutuhkan lahan untuk menopang kehidupan."Â
"Alasan! lantas, apa yang membawamu kemari?" tanya Amira.Â
"Aku bekerja," jawab Farhan.Â
"Benarkah, apakah kamu peneliti hewan buas?"Â
Farhan terdiam mendengar pertanyaan Amira. Ia berpikir keras, bila ia mengatakan hal yang sebenarnya. Tentu respon Amira akan semakin menyebalkan. Dari gaya bicaranya, perempuan cantik ini seorang pecinta alam.Â
"Aku mengamati lingkungan," jawabnya.Â
"Syukurlah. Bila kamu peneliti hewan buas, kamu takkan menemukan apapun di sini. Ular, macan tutul dan harimau sudah lama hilang," ungkap Amira.
"Kemana perginya?"Â
"Mungkin sudah jadi dompet di saku celanamu."Â