"Bon, apa kamu tak pernah merasa tak enak? pekerjaan kamu, tiap hari hanya pecat orang," sambil menyeruput kopi, Steven mengajukan pertanyaan serius.Â
"Pecat?" ucap Bono sambil mengerutkan dahi.Â
"PHK lah. Sama kamu nih, mesti pilih kata-kata kalau obrolan serius," ucap Steven.
"Aku lebih nyaman menyebutnya dengan pembebasan," jawab Bono.Â
"Aku hanya membebaskan mereka dari kemitraan kerja yang tidak menyenangkan," ungkapnya.Â
"Perusahaan kerap memandang pekerja sebagai aset. Bukankah jika mereka memakai jasamu, berarti mereka gagal merawat asetnya?" lanjut Steven.Â
"Entah, aku selalu berpikir kata aset adalah kata pengganti dari sapi perah. Mereka harus mulai menempatkan pekerja sebagai mitra sepertinya. Dengan begitu, akupun akan kehilangan pekerjaan tentunya," tutup Bono.Â
Tetes terakhir espreso masih tertinggal di rongga mulut. Namun Bono memutuskan untuk beranjak dari cafe. Ia meminta Steven, mengantarnya ke Pantai Kenjeran.Â
Sore itu, bono menikmati sejenak suasana pantai. Ia memandang jauh ke lautan, dan melepas keterikatan pada tautan emosional dengan para pekerja yang "dibebaskan" sejak sepuluh tahun terakhir.Â
Selepas meninggalkan pesan kepada istri di rumah. Bono kembali memasang headset, ia menutup matanya dan terlelap di tepi pantai. Dan potongan lagu berjudul Lost My Religion milik R.E.M, menyeretnya kembali ke dalam mimpi panjang.Â
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.