"Yakin? ada dua ratus orang yang harus kehilangan pekerjaan akibat kesanggupan bapak, loh," ucap Bono, seraya menatap dalam-dalam mata lelaki tersebut.Â
Tak lama, terlihat lelaki tersebut mengambil surat di bawah botol fiber milik Bono. Berlinang air mata, ia menandatangani surat tersebut. Setelah bersalaman, Bono meninggalkan lelaki tersebut keluar ruangan.
"Aih, telat!"
Tiga puluh menit sebelum take off. Bono berlari di lorong airport yang akan membawanya menuju pesawat ke Surabaya.Â
Malam menjelang. Lampu-lampu kota mulai bersinar. Dan Bono memandang cahaya Jakarta, dari jendela pesawat. Tak lama, ia membuka layar laptop dan memindahkan beberapa file pdf pada folder bertuliskan "done". Kemudian memutar daftar musik, seraya memasang headset.Â
Malam itu, Bono tertidur di bangku pesawat bersama alunan lagu berjudul No Surprises milik Radiohead. Dalam mimpinya, ia melihat langkah-langkah mungil buah hatinya yang tengah menyusuri pantai di bawah senja.Â
"Selamat pagi semua, terima kasih atas waktunya. Hari ini cerah, hari yang indah menikmati waktu bersama keluarga di Pantai Kenjeran."
Bono menuntaskan pekerjaan terakhir di pekan itu. Lima kota, dalam satu pekan ia singgahi. Tiga ratus lima puluh pekerja ia pulangkan ke rumah dengan senyuman. Meskipun banyak dari mereka memendam kekecewaan. Namun, mantra Bono selalu berhasil meredam amarah dan kegelisahan.Â
Seorang perempuan berhijab pink, berparas cantik yang kebetulan turun di lift yang sama bersama Bono, menyapa dengan ramah.Â
Sambil tersenyum manis ia berkata, "saya belum pernah melihat bapak di kantor pusat Jakarta? apa bapak pindahan dari cabang lain?"
"Saya tidak bekerja permanen untuk kantor anda. Semoga anda tidak bertemu saya di kemudian hari, karena itu artinya anda akan kehilangan pekerjaan," jawab Bono.Â
Sebelum pulang, Bono memutuskan untuk menemui teman lama bernama Steven di Surabaya. Mereka bertemu di sebuah cafe di daerah Gubeng. Terdengar tawa lepas tanpa henti dari arah meja mereka berjumpa. Â