Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

David Sang Juara

23 April 2021   22:27 Diperbarui: 23 April 2021   23:15 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi David Sang Juara (Foto: Pixabay)

DUA pukulan mendarat tepat di wajah. Tubuh David roboh ke lantai bersimbah darah. Luka terbuka di pelipis kiri dan kanan, mengakhiri perlawanan juara bertahan di malam itu. 

David tak ingin membuka mata. Seolah-olah, cahaya lampu akan membuat matanya sakit. Ia terbaring di atas ring, menanti hitungan wasit pada sebuah kekalahan. 

Ya, kekalahan pertama dan menyakitkan sepanjang karir profesional. Olahraga yang membawa David keluar dari jerat kriminalitas, lima tahun lalu. 

"Delapan, sembilan, sepuluh, K.O!"

Malam itu adalah tragedi. Pesta kemenangan yang disiapkan jauh-jauh hari, batal digelar. Dan wajah lesu pelatih di sudut ring terlihat jelas. 

Runtuh sudah kerja keras, dua minggu masa latihan. David harus merelakan sabuk juara berpindah tangan. 

"Masih ada esok, kita rebut kembali, ok!" seru Markus Sang Pelatih. 

David tidak bisa berkata apa-apa, ia berjalan lemas ke ruang ganti. Dalam hati hanya ada penyesalan. Dada masih sakit, bukan karena pukulan. Namun, kekalahan itu terasa menyakitkan. 

"Kaka bangun!" seru Nelson. 

David masih tertidur pulas di atas ranjang. Dia tak ingin terbangun di pagi itu. Mata terasa berat, dan tubuh masih dibekap kelelahan. Tak ada semangat, tak ada lagi. 

David menghampiri Nelson, rekan satu mess sesama petinju. Saat Nelson akan berangkat ke sasana untuk berlatih, David menyapa dan berlihat tengah berdebat dengannya. 

"Nelson, Beta tanya. Apa kau tahu, apa yang terjadi malam sebelum pertandingan?" tanya David dengan nada tinggi. 

Nelson diam tak menjawab, matanya menatap tajam ke wajah David. Mulutnya seakan terkunci. Kebenaran tersembunyi dalam kerongkongan Nelson, dan sadar David tengah curiga. 

"Nelson Kogoya! Beta bertanya!" teriak David. 

"Kaka, aku lihat orang itu bersama coach malam sebelum pertandingan. Itu sudah!" jawab Nelson. 

Hari itu juga, David mengemasi pakaian. Ia meninggalkan pesan pada Markus, melalui Nelson. Untuk sementara tidak mengikuti latihan di sasana. Ada urusan yang harus diselesaikan di kampung. 

"Beta pulang, Mama'e," ucapnya lirih. 

Ambon manise. Matahari terik bersinar membelai ombak yang menghantam karang. Nyiur menari-nari tertiup angin. Di Pantai Pintu Kota, David termenung dengan tatapan kosong. 

Dia masih berpikir tentang laga terakhir di Jakarta. Ada yang mengganjal dalam hati. Namun, tak bisa ia utarakan pada siapapun. 

"Tak perlu patah semangat, Ose sudah sering juara, toh" ucap Abdul. 

"Bukan soal pertandingan, Ose tra akan paham," jawab David. 

Abdul menarik tangan David untuk bangkit. Kemudian, mengajak kawan masa kecilnya ke sebuah pondok makan di tepi pantai. David hanya tersenyum di pintu masuk, ia tersipu malu saat tahu ada Maria menanti di sana. 

"Beta tra paham Ose pung masalah. Tapi Beta paham, bikin Ose pung hati senang," ucap Abdul. 

Abdul melangkah pergi meninggalkan David yang terpaku menatap Maria. Maria menatap tajam ke arah David. Ia tahu, kekasih hati tengah menghadapi masalah yang pelik. Tak biasanya ia pulang kampung tanpa memberi kabar. 

"Untung Mama'e dan Abdul kasih bilang. Ose pulang par apa? kapan Ose pi angka ka Jakarta?" tanya Maria. 

"Beta tra akan kembali lagi ke Jakarta, Nona manis jangan resah. Beta pung tabungan cukup par katong tatap masa depan," jawab David. 

"Kastinggal samua prestasi Ose di Jakarta?" tanya Maria. 

David terdiam mendengar pertanyaan Maria. Ia tak dapat memilih kata-kata yang tepat untuk pertanyaan semacam itu. Tinju bukan hanya pekerjaan baginya. Lebih dari itu, ada cinta dan kebanggaan dalam olahraga keras itu. Gantung sarung tinju, dilema yang menghantui relung hati David. 

Malam setelah mengantar Maria pulang ke rumahnya. David berbicara serius dengan Ibunda. Pembicaraan mereka penuh air mata. Keputusan sesulit apapun akan ringan dengan dukungan Ibu. David selalu ingat pada pesan terakhir ayahanda saat masih hidup. Untuk menjaga ibu dan adik-adiknya. 

"Mama pung ana su bijak, su dapat ambil keputusan sendiri. Atur Bae-bae ana pung urusan."

Kata-kata Ibu menjadi penyemangat David untuk mengambil langkah dalam hidupnya. Ia tak ingin lagi mengkhianati kata hati. Tak ingin mencederai kecintaan pada olahraga yang membuatnya lepas dari jerat hidup susah. 

Malam itu juga, David menghubungi Markus. Tekadnya bulat, untuk tidak kembali lagi ke Jakarta. Ambon saat ini sudah menjanjikan untuk hidup layak. Tenaga dan pengalaman di ibukota akan dia curahkan untuk membangun tanah kelahirannya. 

"Coach, ambil samua uang dari bandar judi itu! Beta tra sudi mencederai olahraga," ucap David. 

"Apa kau bilang? aku tak mengerti! ada apa David?" tanya Markus. 

"Beta tahu, ada obat dalam air minum yang bikin beta pening saat bertanding. Beta juga tahu, siapa kasih bocor kelemahan Beta pada lawan," jawab David.

"Maksudmu?" kilah Markus.

"Hook kiri berkali-kali dari lawan, hanya coach yang tahu. Beta punya mata kiri su silinder," tutupnya.

David menutup mata dan menarik nafas panjang, malam itu jiwanya tenang. Keputusan telah diambil, demi menjunjung sportifitas dan kejujuran. 

Dia bersyukur pada Tuhan, diberikan keluarga, kekasih dan sahabat yang mendukung di kala senang ataupun susah. Mereka yang selalu mengelu-elukan namanya. David sang juara.

"Tanah Maluku. Ambon manise. Beta di sini!"

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun