Hendi menggenggam tangan sang istri, dan berkata pada para warga.
"Kami berterima kasih atas kebaikan dan simpati dari kalian semua. Namun, aku merasa ada sesuatu yang salah dengan kehidupan kita. Dahulu, kita bersama-sama bekerja menambang gunung emas untuk membuat kerajaan kita makmur sentosa. Namun,.."
Tiba-tiba, salah seorang warga berteriak, "raja makmur sentosa, rakyat tertindas dan menderita!"
"Hidup rakyat!!!" riuh warga bergelora.Â
Pekik "hidup rakyat" bergema ke seluruh penjuru negeri. Menampar rakyat jelata di ladang dan sawah, di pasar dan sudut-sudut gelap kota. Menggetarkan tembok istana emas di atas sana. Mendengung pada kuping raja negeri yang tengah bermanja di kolam intan permata.Â
Hingga, rakyat dari segala penjuru negeri berkumpul di depan gerbang istana megah. Istana yang sejatinya dibangun dari kerja keras dan pengorbanan rakyat. Untuk kesejahteraan bersama, dan bukan untuk kesejahteraan raja dan keluarga saja.Â
Hari baru telah tiba, dan Hendi berdiri paling depan di antara mereka. Ia maju ke muka dan berbicara lebih lantang.Â
"Hari ini, kita akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kita!"
Rakyat tidak perlu menyerahkan nasib di tangan raja-raja. Karena setiap manusia diciptakan setara. Tak pernah ada cerita, nasib baik diberikan Tuhan berdasarkan garis keturunan. Namun, melalui kerja keras dan usaha bersama.Â
**
Referensi dongeng anak sebelum tidur.Â
Indra Rahadian