AKUÂ tak yakin, untuk menceritakan kisah misteri, absurd, dan sumir di kota ini. Tidak berniat, menutup kemajuan dan progres pembangunan di kota pangkal perjuangan dengan kisah picisan.Â
Namun, peristiwa yang terjadi padaku harus tercatat sebelum aku lupa. Bahwa ada banyak hal di dunia ini, yang belum dapat dijelaskan secara logika.Â
Karawang, 12 November 2015
Melintasi Jembatan gantung Teluk Jambe, cukup memacu adrenalin. Meskipun telah dibangun jembatan baru yang berdiri kokoh di sebelahnya.Â
Namun, melintasi jembatan lama memberikan sensasi tersendiri. Aspal yang pucat dan getaran pada jembatan kala angin bertiup kencang.
Aku biasa melalui jembatan untuk bekerja, dan berkunjung ke rumah pacar-pacarku di perumahan Perum Peruri dan sekitarnya.Â
Ups. Pacarku cuma satu, Tina namanya. kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Namun, tanda-tanda untuk menuju jenjang yang lebih-lebih. Duh, aku bahkan tidak berani bicara soal pernikahan. Belum terpikirkan saat itu.
Tak tentu, kadang kami bermalam mingguan seperti pasangan kekasih umumnya. Kadang malam apapun, aku akan berkunjung ke rumah Tina. Bebas dong, jangan sampai kangen jadi jerawat. Punya pacar satu kota, tak ada cerita kangen-kangenan dan drama.
Pernah suatu malam, aku melihat seorang lelaki berkaus hitam berdiri di tengah jembatan, menatap jauh ke arah timur. Kupikir sedang ada syuting video klip, karena wajahnya putih pucat seperti memakai bedak. Namun, tak ada siapapun selain dia dan aku lewat saja tanpa terjadi apa-apa.Â
Kejadian itu, berlangsung setiap aku melintas di jembatan malam hari. Orang yang sama, selalu berdiri di tempat yang sama. Menatap arah yang sama. Tak ambil pusing, aku berpikir dia pemancing shift malam yang menikmati kesendirian.Â