"Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi."
HAMID resah, keringat dingin menetes dalam ruang ber-AC. Ujung jarum jam menyentuh angka tujuh. Menambah kerutan dahi pada wajah pucatnya, di malam itu. Ia terduduk layu dan gelisah, pasrah dan ketakutan bertaut dalam hatinya.Â
Derap sepatu lars terdengar di balik pintu. Hamid, menangis sejadi-jadinya. Lutut lemas tak bisa bergerak. Kedua tangan, menahan kepalanya seakan hampir copot. Â
Ia menatap nanar pada gagang pintu di ujung ruangan. Menanti pemilik derap langkah yang semakin dekat. Ingatannya melayang pada pertemuan dua tahun lalu.
Jakarta, 15 Maret 2019
Hot macchiato dalam cangkir sudah tak bersisa. Hamid menanti klien, dua jam lebih dengan sabar. Membatalkan seluruh jadwal meeting, untuk bertemu dengan seorang klien yang tercatat di agenda dengan predikat kakap.
Lamborghini oranye melintas di depan cafe tempat Hamid menanti. Tatapan Hamid tak lepas dari mobil mewah itu. Tiba masuk ke area parkir. Senyum terkembang saat mengetahui, pengemudi yang turun dari mobil adalah orang yang ditunggu. "Kakap!"
"Selamat siang, sudah lama menunggu?" sapa orang tersebut.Â
"Tidak apa, untuk Tuan Clif tak masalah menunggu," jawab Hamid.Â
"Ok, to the point saja ya. Untuk dua tower apartemen, proposal kalian sangat menarik. Dapat anda jelaskan, kenapa bisa begitu jauh harga yang ditawarkan?" tanya Tuan Clif.Â
"Kata kuncinya, birokrasi, Tuan" jawab Hamid.Â