Hopa...!
HUTAN rimba, tempat bernaung ribuan satwa liar. Pohon-pohon besar dan kokoh tinggi menjulang, memagari hamparan bunga-bunga beraneka warna. Merah, putih dan ragam keindahan membentang.
Pada salah satu pohon besar, terlihat titik kecil berwarna hijau. Bergerak-gerak dan menjadi ulat. Semakin jelas terlihat, semakin lincah ulat bergerak ke sana kemari.Â
Dia adalah seekor ulat kecil bernama Hopa. Merayap pada batang pohon dan mencari makan daun muda. Ia meliuk bolak-balik makan, sampai perutnya kenyang.Â
Hopa melihat mahluk lain di sekitarnya, hidup dalam damai. Meskipun ia harus berhati-hati pada pemangsa. Burung dan serangga besar. Hopa harus lekas sembunyi jika mereka datang. Ia pandai bersembunyi, di antara dedaunan atau ranting pohon.Â
Suatu ketika, Hopa melihat kupu-kupu melintas. Begitu cantik dan mempesona dengan beragam warna. Ada kuning, biru, ungu dan jingga. Hopa ingin seperti mereka. Terbang ke hamparan bunga-bunga dan bermain bersama. "Oh, indahnya."
Hopa bertanya, pada pohon besar tempat bernaung. "Apakah, aku bisa seperti mereka?" ucapnya. Tatapannya, tak lepas dari kupu-kupu cantik jauh di sana.Â
"Tentu saja, kamu ulat kecil yang giat," jawab Pohon Besar.Â
"Aku tak sabar menjadi besar, punya sayap dan bermain bersama bunga-bunga," harap Hopa.
"Lekas berproses. kamu harus menjadi kepompong dahulu, jika ingin memiliki sayap," jawab Pohon Besar.
Mendengar jawaban pohon besar, Hopa menjadi lebih bersemangat. Ia tak ingin terus menerus menjadi beban. Hidupnya harus bermanfaat. Menjadi kupu-kupu, membantu bunga-bunga dan pohon menyebarkan serbuk sari.Â