"Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu, kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya." _Soe Hok Gie.Â
MALAM kian dingin dihembus angin yang membelai pucuk-pucuk jemuju. Delapan pendaki melambatkan langkah di area pos Kandang Badak. Memasang tenda-tenda untuk bermalam, sebelum puncak gunung Pangrango.Â
Jejak-jejak petualang, masih basah usai gerimis. Beberapa pendaki yang sudah lebih dulu tiba, memberikan kopi hitam dalam cangkir kaleng bermotif loreng. Berbagi kehangatan dalam tawa dan obrolan.Â
Helena, pertama kali mendaki Pangrango. Menerima ajakan Chandra untuk pertama kali, sejak mengenalnya tujuh tahun lalu di Bandung. Tak pernah berpikir untuk kembali menginjakkan kaki pada dataran tinggi. Kala landai pantai masih meninggalkan kenangan.Â
"Chandra, apa aman bermalam di sini?" tanya Helena.
"Tenang saja, kita saling menjaga," jawab Chandra.Â
"Aku tak nyaman. Takut, jika tiba-tiba ada badak datang," ucap Helena.
Salma dan Roy menahan tawa di belakang Helena. Hampir saja, Chandra tersedak ampas kopi mendengar ucapan Helena. Mereka yakin, Helena tidak sedang bercanda. Terlihat, raut wajahnya polos dan datar.Â
"Ya ampun, tak ada badak di sini. Hanya nama tempat saja," terang Chandra.Â
Desir angin pengantar tidur. Lewat tengah malam, mereka lekas terlelap. Mengurung semangat dan menyimpan tenaga, lepas subuh bergerak ke puncak.Â
Helena merentangkan tangan dan merasakan belaian kabut. Mentari yang masih malu-malu, menyinari wajah cantiknya dalam pendakian hari itu. Meski terlihat lelah, ia bersemangat untuk melangkah.