"Ayah, belajar itu sangat melelahkan,"protes Husin.
ADA benarnya, belajar adalah aktivitas melelahkan. Bila mudah, bukan belajar namanya. Belajar berjalan dan bersepeda, tentu mengalami jatuh. Minimal, hampir jatuh. Tak ada sesuatu yang benar-benar instan. Bahkan cara membuat mie instan.Â
Ayah menemani Husin belajar, tugas dari sekolah harus diselesaikan malam itu juga. Tak boleh ditunda, jika malas tentu tugas akan semakin menumpuk. "Jangan sampai, tidak naik kelas," ucap Ayah.
Esok pagi, ayah mengajak Husin bersepeda. Menikmati suasana alam desa dengan bahagia. Tawa dan sukacita bermain bersama.Â
Ayah, membawa sekantung jeruk untuk dinikmati di perjalanan. Husin suka sekali makan buah-buahan, dan buah jeruk adalah favoritnya.Â
"Jangan dimakan dengan bijinya, nanti bisa-bisa tumbuh di kepala," canda Ayah.Â
"Tentu tidak, Ayah. Aku tahu biji jeruk untuk ditanam kembali," jawab Husin.Â
"Nah, anak pintar. Habiskan jerukmu, mari kita tanam biji-biji jeruk di sini," ucap Ayah.Â
Mereka menanam dan menebar biji-biji tersebut di pinggir jalan desa. Husin dan ayah, terlihat senang sekali. Hingga, mereka kembali bersepeda dan pulang ke rumah.Â
Suatu ketika, Husin melihat tunas-tunas jeruk terlihat banyak sekali. Husin menceritakan pada ayahnya, tentang apa yang dilihat. Ia bercerita dengan antusias, bagaimana biji-biji jeruk menjadi tunas.Â
"Ayah, biji-biji yang kita tanam sudah menjadi tunas," ujar Husin.