Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romantika, Awan dan Judith

14 Februari 2021   16:49 Diperbarui: 14 Februari 2021   17:23 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PAGI yang dingin. Mentari hanya mengintip genit di balik awan. Mendung, seperti akan turun hujan. Tarik selimut lagi, katanya hari ini hari kasih sayang. Teramat sayang, aku belum punya pasangan. 

Bukan jomlo, lebih tepat selektif. Pasangan, bukan perkara mudah. Aku hanya mau lelaki yang sungguh-sungguh. Bukan seperti awan, terbang ditiup angin dan hilang sehabis hujan. 

"Aku mau tidur lebih lama lagi. Hari ini libur!"

Judith, benar-benar tak beranjak dari tempat tidur. Hilang ditelan selimut dan mimpi panjang. Entah, apa yang dimimpikan. Apa mungkin, masalah pekerjaan dan kenangan pada awan. 

Pukul 11:30 hari sudah terik. Jendela kamar terlihat bercahaya. Barulah Judith memulai aktifitasnya. Berdandan seadanya, hari ini ia ada janji dengan Tika. Makan siang bersama, reuni kecil di tengah kota. 

"Hei, Jude! sini sini."

Deretan meja cafe sudah terisi penuh. Tika memanggil Judith dari kejauhan. Judith bergabung dengan Tika dan dua temannya. Tak lama, keduanya pamit pada mereka. 

"Itu siapa, Tik. Aku belum pernah lihat," tanya Judith.

"Biasalah, klien. Mumpung di Jakarta, sekalian kerja," jawabnya.

"Ergophile belum hilang juga!?" gumam Judith. 

Merekapun berbincang dan tertawa lepas. Tak kalah heboh, dengan rombongan sosialita di sebelah meja. Dua sahabat lama, pernah sama-sama mencintai lelaki yang sama. Kini berdamai dengan masa lalu dan melupakan persaingannya. 

"Minggu depan aku menikah, Jude," ucap Tika. 

"Hei, Tika. Minggu depan dan kau baru memberi kabar hari ini!" seru Judith. 

"Berarti kita berdua sudah move on dari Tonny. Aku turut berbahagia," Judith berkata dengan antusias. Ia tahu bagaimana rasanya terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Remuk. 

"Kau, apa sudah ada rencana?" tanya Tika.

"Aku, sempat dekat dengan seseorang. Namun, belum berjodoh karena berjarak sepertinya," jawab Judith.

"Berjarak, LDR maksudmu?" tanya Tika.

"Ya seperti itulah, dia hilang dan aku hilang juga," jawab Judith, seraya tersenyum. 

Mereka berpisah, setelah Tika menyerahkan undangan pernikahan. Berat sekali di tangan Judith, ia langsung memasukan surat itu ke dalam tas. 

Hari itu, Judith memutuskan menghabiskan waktu di taman untuk membaca buku. Novel berjudul "Sepatu Dahlan" kisah anak kecil dan keinginan memiliki sepasang sepatu. 

Membaca novel, paling tidak membuatku tetap berpikir jernih. Di antara kesibukan kerja, keki dan beban karena ditanya kapan nikah, atau melamunkan hal yang tidak-tidak.

Hari sudah sore, Judith beranjak setelah selesai membaca novel. Perhatian Judith teralihkan, oleh dua anak kecil penjual koran yang bermain sepakbola dengan botol bekas di taman. 

Dua bocah lusuh tanpa alas kaki. Efek membaca novel inspiratif, Judith memutuskan membeli koran dari bocah tersebut. Ia mengambil koran dan menyelipkan beberapa lembar uang pada tumpukan.

"Dik, beli korannya ya. Uangnya diselip di bawah nih." 

Judith tergesa-gesa melangkah, ia menuju pasar swalayan di seberang jalan. Meski suara bocah penjual koran memanggil, ia tak menoleh. Teringat pesan, jika memberi tak perlu pamrih. Nanti bisa-bisa catatan amal dihapus malaikat.

"Mbak, Mbak uangnya kebanyakan!!"

Hari ini aku berbelanja kebutuhan dapur. Mungkin, cukup menjadi bekal jika nanti berumahtangga. Sedikit merepotkan, memilih dan memilah belanjaan. Lalu, harus antri untuk membayar. Huft.

Judith mengeluarkan barang-barang dari dalam tas, ia mengisi daya handphone, menata alat makeup di meja dan mengambil undangan pernikahan Tika.

The Wedding Celebration

Romantika Winata & Awan Setia Utama

Judith merapalkan nama mempelai pria berkali-kali. Raut wajahnya layu, hatinya mengeras dan hampir sesak nafas. 

Ia terduduk di sudut ranjang. Menggenggam undangan pernikahan dan termenung. Teringat akan sebuah nama yang pernah berkata mesra di masa lalu.

Awan Setia Utama: "Happy Valentine, Jude."

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

  • Ergophile: Istilah bagi orang yang giat kerja atau workaholic.

Indra Rahadian/14/02/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun