Mala si Maleo, mengambil ancang-ancang dan berkata, "pada hitungan ketiga, kita meluncur ke atas!"Â
"Satu, dua, tigaa."
Wushh. Burung Elang meluncur terbang dengan kecepatan tinggi. Tak sampai lama, sudah berada di angkasa. Dan, Mala terbang sejauh lima belas meter jauhnya. Hinggap di puncak pohon, lalu melarikan diri turun ke semak-semak.Â
Menyadari dirinya ditipu, Elang perkasa menukik ke arah pohon tempat Mala berhenti. Namun, sudah terlambat. Mala tak lagi berada di sana. Burung Elang pergi, menyesali kebodohannya.Â
Mala, bersembunyi di balik rerumputan. Berjalan mengendap-endap ke rimbun pepohonan dan rapatnya hutan. Rencana Mala, bertahan dari pemangsa sudah berhasil.Â
Ia mendengar suara langkah-langkah kaki. Suara yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Ia mengintip dari persembunyian, dan melihat makhluk yang berjalan tegak. Mendekat ke kawasan anak-anak burung Maleo bermain.Â
Makhluk itu bernama Manusia. Mala berpikir, apakah mereka ancaman ataukah teman. Dilihat dari wujudnya, tak serupa Ular, Biawak atau burung Elang.Â
**
Referensi dongeng anak sebelum tidur.
Burung Maleo adalah burung endemik Indonesia yang terancam punah. Habitat hidupnya tersebar di pulau Sulawesi dan semakin terancam. (referensi: Wikipedia)
Populasi burung Maleo turun drastis dari 24,000 ekor menjadi kurang dari 14,000 ekor dalam beberapa dekade. (sumber: sains.kompas)
Pemangsa alami seperti Ular, Biawak dan burung Elang adalah ancaman bagi burung Maleo. Namun, ancaman terbesar adalah Manusia yang memburu telur dan burung Maleo, serta merusak alam dan lingkungan.