"Iya, semoga. Jangan sampai bernasib sama dengan saudara-saudaraku, ditangkap dan dikurung oleh manusia," gumam Burung Kutilang.
Burung Kutilang terbang ke pohon lain, dan Reum kembali berjalan. Naik semakin tinggi ke arah puncak. Namun, tiba-tiba ia terkejut. Pohon Akasia bergerak tak seperti biasa, bergoyang ke kiri dan ke kanan.
"Tolong, aku merasa gatal," teriak Pohon Akasia.
"Hei, apa yang terjadi?" tanya Reum.
"Entahlah, seperti ada yang merayap di tubuhku," seru Pohon Akasia.
Reum melihat ke bawah. Terdapat puluhan atau, mungkin ratusan ulat bulu di bawah pohon. Mereka, tengah merayap naik ke atas.Â
Kemudian, Reum memperhatikan pohon sebelah. Terlihat, serangan ulat-ulat bulu pada pohon tersebut. Memakan daun-daun dan merusak ranting-ranting.
"Astaga, kenapa jumlah mereka banyak sekali," teriaknya.
Tangisan Pohon Akasia menyentuh hati. Takut, jika dirinya menjadi korban serangan kelompok ulat bulu. Dengan jumlah yang amat banyak, satu pohon dapat dirusak dalam waktu singkat.
Reum meletakkan remah roti di sela-sela ranting. Ia meluncur ke bawah seraya berkata, "takkan kubiarkan kalian merusak rumahku, tempat tinggalku, dan tempat bernaung saudara-saudaraku."
Hap, seekor ulat bulu telah merasakan gigitan Reum. Iapun menjerit kesakitan, dan mengadu pada teman-temannya.Â
"Lihat, semut kecil itu telah berani menggigitku," keluhnya.Â