"Ape' kau akan pergi lagi?" tanya Marlina, sambil berusaha mengusap air matanya.
Bahar menjawab, "kapalku rusak parah, biarlah tertambat di sane'. Hatiku sudah tertambat di sini."
"Pelaut, polahnye' serupa," ucap Marlina.
Bahar mengambil duduk, dua meja dari Marlina dan berkata, "kemane' perginye' dipan bambu, aku lelah. Dua hari, aku belum tidur."
Marlina hanya tersenyum, meski air mata masih mengalir. Ia memalingkan wajahnya dari Bahar, menatap haru ke arah dermaga.Â
Dermaga kayu yang berganti beton, menanti gelak tawa Bahar dan Marlina. Meniti kisah yang lama tertunda. Kini, pelaut itu telah kembali.
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
(Indra Rahadian 25/1/2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!