Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Petani Dusun dan Pemimpin Bijak

20 Januari 2021   11:30 Diperbarui: 20 Januari 2021   12:08 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syahdan di sebuah negeri antah berantah. Hiduplah seorang pemimpin bijak, bertahta selama lima tahun. Dipilih oleh rakyatnya, secara aklamasi. 

Dibantu, para menteri yang cerdik pandai dan berbudi luhur. Penduduk negeri, hidup sejahtera, aman dan sentosa.

Suatu ketika, menteri pertanian datang menghadap. Beliau, memohon untuk mengundurkan diri dari jabatannya. 

Pemimpin Bijak berkata, "tak inginkah, menuntaskan masa bakti bersamaku?"

"Kesehatan hamba kian menurun, Paduka," jawab Menteri Pertanian.

"Baiklah, bertahanlah satu musim. Biarkan aku mencari pengganti sepadan," titah Pemimpin Bijak.

Kemudian, sayembara diumumkan ke seluruh negeri. Guna mencari pengganti sepadan, untuk jabatan menteri pertanian. 

Siapapun dapat mencalonkan diri, sesuai kemampuan dan ujian dari pemimpin bijak.

Dari semua calon yang mengajukan diri, hanya dua orang yang lolos ujian. Mereka, bernama Hasan dan Hasad. Petani dusun yang memenuhi syarat.

"Aku akan memberikan jabatan menteri pertanian. Namun sebelumnya, aku ingin melihat. Bagaimana kemampuan kalian, mengurus kebun dalam satu musim," ucap Pemimpin Bijak.

Hasan dan Hasad, masing-masing diberi sebidang tanah di kaki bukit. Dengan kualitas kesuburan tanah yang sama, aliran air yang sama dan jumlah pekerja yang sama.

Merekapun diberikan bibit tanaman yang sama, barangsiapa yang memanen hasil terbaik. Maka, dialah kandidat yang berhak menjadi menteri pertanian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun