Hasad berkata pada Hasan, "menjadi menteri itu berat, kau tak akan sanggup. Biar aku saja."
Dengan percaya diri, Hasan menjawab, "tentu akan berat. Maka, aku akan menjalankan amanat dengan baik."
Mendengar jawaban Hasan, Hasad menekuk dahinya. Malu dan marah. Iapun memalingkan wajah. Persaingan, sudah dimulai.
"Hasad, mari bersaing dengan sehat," ucap Hasan.
Dengan kesal, Hasad menjawab, "urus saja kesehatan kebunmu sendiri."
Mereka berdua, mulai mengerjakan lahan perkebunan. Membersihkan lahan, dan menanam bibit. Hasad, sepertinya lebih piawai. Seluruh bibit, sudah selesai ditanam.Â
Para pekerja yang dipimpin oleh Hasad, sedang mempersiapkan pupuk, cairan pengusir hama, dan mulai membagi tugas menjaga kebun.
Sementara itu, Hasan masih mengatur tata letak lahannya. Mengarahkan pekerja, untuk menanam sesuai ketentuan.Â
Perlahan tapi pasti. Hasan dan pekerja, akhirnya dapat menyelesaikan penanaman bibit.
Hari berganti hari, kebun keduanya tumbuh subur. Hamparan perkebunan hijau membentang. Memukau, setiap mata yang memandang.Â
Bulan berganti bulan, musim panen akan menjelang. Perkebunan keduanya, sudah menghasilkan buah. Lebat lagi matang, sedap sekali dipandang.Â
"Hasan, kau sudah siap untuk kalah. Lihatlah hasil panenku, lebih mantap," seru Hasad.Â