Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Joe si Lalat dan Pasukan Belalang

7 Januari 2021   11:33 Diperbarui: 7 Januari 2021   11:54 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita fabel. Dongeng pengantar tidur untuk anak-anak cerdas. Membaca dan mendengarkan cerita fabel. Bermanfaat mengasah daya ingat, analisis dan menanamkan pesan moral pada anak.

Syahdan, pagi yang cerah di perkebunan cengkeh milik petani Guido. Hiduplah seekor lalat perampok (robber flies). Mengangkat kedua sayap beningnya, seraya memandang suasana asri perkebunan.

Perkebunan cengkeh yang terletak di lereng bukit hijau. Di tepi sungai yang mengalir dari atas bukit, menuju hamparan hutan yang luas. Meliuk-liuk genit di antara padang rumput, sejauh mata memandang.

Joe, nama sang lalat. Bukan lalat sembarangan lalat. Dia adalah lalat pemangsa serangga lain. Bertugas sebagai penjaga kebun petani, yang membiarkannya hidup dan berkembangbiak di alam bebas.

"Joe, sudah bangun rupanya. Lekas, carilah kutu daun untuk kau makan," ucap semut-semut, yang kebetulan lewat pada dahan tempat Joe berdiam.

"Sebelum kami habiskan semuanya, hahahaha," lanjut mereka, tertawa riang.

"Goda saja terus, dasar semut-semut usil," jawab Joe, seraya terbang meninggalkan dahan pohon cengkeh.

Rutinitas Joe, makan seharian. Mangsanya, adalah serangga yang merusak tanaman. Tak ada kutu daun dan wereng yang berani mendekat. Joe sangat disiplin menjalankan tugasnya. 

Kadang, ia hanya memperhatikan petani Guido mengurus kebun. Memandang dengan seksama. Betapa pohon-pohon cengkeh, mendapatkan perlakuan yang baik. Terawat dan tumbuh subur. Menghasilkan cengkeh berkualitas karena di urus dengan telaten.

"Semoga panen kali ini, dapat menyenangkan hati petani Guido," ucapnya. 

Diapun terbang ke arah aliran air, yang mengalir di pinggiran kebun. Dan hinggap di sebuah batu besar. Matanya mengawasi ke sekeliling. Tak ada satu mahluk pun, selain petani Guido dan semut-semut hitam.

"Hai, semut usil," panggil Joe pada salah satu semut.

"Ke mana perginya katak dan burung-burung pipit?" tanya Joe.

Salah satu semut mendekati Joe dan menjawab, "ini sangat menakutkan, Joe."

"Apa, yang menakutkan?" tanya Joe penasaran.

"Katak dan burung-burung pipit. Mereka ditangkap oleh manusia, dimasukan ke dalam karung," jelas semut hitam.

"Untuk apa?" Joe kembali bertanya.

"Untuk dimakan, oleh manusia," tutup semut hitam.

Joe termenung, bertanya-tanya, kenapa manusia sampai harus memakan katak dan burung-burung? Bukankah sudah cukup ayam, kambing dan beras untuk makanan manusia. 

Tak ambil pusing, Joe kembali terbang berkeliling. Mencari mangsa, guna menjaga kebun cengkeh petani Guido.

Hari sudah senja, matahari tenggelam di ufuk barat. Langit sore berwarna jingga, perlahan-lahan menghitam. Tibalah kegelapan malam. 

Bintang-bintang dapat terlihat dalam gelap malam, berkelap-kelip. seakan menggoda Joe, yang tengah mengantuk karena kekenyangan. 

Tak seperti biasanya, rembulan malam ini tertutup awan. Joe tidak bisa menikmati cahaya rembulan, yang biasanya menemaninya bercerita sepanjang malam.

Joe, merasa heran pada suasana malam ini. "Hei, tumben. Tak ada suara burung hantu dan kepak sayap kelelawar." Dalam hatinya berkata.

Joe memutuskan untuk tidur saja, berharap esok akan dapat menemukan teman. Biasanya, ia akan menggoda katak. Bermain di punggung burung pipit dan mendengarkan  petuah burung hantu yang bijak, sebelum tidur.

Dalam mimpi, Joe melihat gumpalan awan hitam yang menaungi perkebunan cengkeh. Menghalangi cahaya matahari. Hingga, membuat semua pohon cengkeh layu dan mati.

"Joe, bangun!" ucap semut hitam.

"Bangun, Joe!" seru semut hitam yang lain.

Joe terkesiap, karena merasa kaget. Mimpinya terhenti, terganggu suara berisik semut-semut hitam di tengah malam. Membuatnya terbangun. "Heiii!" 

"Ada apa? Aku masih asyik tidur!" omel Joe.

Semut-semut hitam berkata, " lihatlah, ada belalang yang memakan bunga-bunga cengkeh!" 

Joe seketika tersadar, langsung dia terbang mencari belalang yang dimaksud. Hingga, tibalah dia bertemu dengan kawanan belalang. Mereka, tengah asyik mengunyah bunga cengkeh yang sebentar lagi akan panen.

"Hentikan atau ku mangsa kalian, Belalang!" ancam Joe.

"Siapa, kau? Berani sekali hah!" jawab salah satu Belalang.

"Aku penjaga kebun ini! Terimalah takdir mu!" ucap Joe, seraya memangsa belalang jahat.

Joe melaksanakan tugasnya dengan baik, sudah sepuluh ekor belalang ia mangsa. Namun, betapa terkejutnya Joe, melihat ratusan. Bahkan, mungkin ribuan belalang beterbangan dan hinggap di pohon-pohon cengkeh.

Malam sebentar lagi usai, dan Joe sudah sangat lelah. Dalam hatinya, merasa gagal menjaga kebun. Malu rasanya, pada petani Guido jika beliau bersedih.

Hingga, ayam jantan berkokok. Joe melepaskan mangsa terakhirnya. Masih tersisa ratusan ekor belalang. Dia merasa lemas karena tak berdaya, mengusir semua belalang pergi.

Joe jatuh di tumpukan dedaunan. Kesedihan melanda hatinya. Memandang ke atas, seraya menyesali serangan hama belalang.

Hingga, terdengar suara manusia. Petani Guido dan rekan-rekannya tiba di kebun. Berbekal karung-karung putih, mereka menangkap belalang yang hinggap di pohon-pohon cengkeh.

"Apa kataku Kraeng Tua, jangan kau tangkap katak dan burung-burung pipit. Inilah akibatnya," ucap petani Guido pada rekannya.

Melihat hal itu, Joe tersenyum. Dia akhirnya dapat beristirahat dan tertidur pulas. Di balik dedaunan di bawah pohon cengkeh.

Hati-hati petani Guido, ada Joe si lalat perampok di balik dedaunan. Jangan sampai terinjak.

****

Referensi dongeng anak sebelum tidur.

Lalat perampok (robber flies), katak, burung dan kelelawar, adalah pemangsa alami untuk hama belalang. Menghilangkan salah satu dari rantai makanan, akan menimbulkan bencana pada lahan pertanian.

Kraeng Tua ; panggilan/sebutan/gelar, adat di Manggarai NTT.

Indra Rahadian 7/1/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun