"Hentikan atau ku mangsa kalian, Belalang!" ancam Joe.
"Siapa, kau? Berani sekali hah!" jawab salah satu Belalang.
"Aku penjaga kebun ini! Terimalah takdir mu!" ucap Joe, seraya memangsa belalang jahat.
Joe melaksanakan tugasnya dengan baik, sudah sepuluh ekor belalang ia mangsa. Namun, betapa terkejutnya Joe, melihat ratusan. Bahkan, mungkin ribuan belalang beterbangan dan hinggap di pohon-pohon cengkeh.
Malam sebentar lagi usai, dan Joe sudah sangat lelah. Dalam hatinya, merasa gagal menjaga kebun. Malu rasanya, pada petani Guido jika beliau bersedih.
Hingga, ayam jantan berkokok. Joe melepaskan mangsa terakhirnya. Masih tersisa ratusan ekor belalang. Dia merasa lemas karena tak berdaya, mengusir semua belalang pergi.
Joe jatuh di tumpukan dedaunan. Kesedihan melanda hatinya. Memandang ke atas, seraya menyesali serangan hama belalang.
Hingga, terdengar suara manusia. Petani Guido dan rekan-rekannya tiba di kebun. Berbekal karung-karung putih, mereka menangkap belalang yang hinggap di pohon-pohon cengkeh.
"Apa kataku Kraeng Tua, jangan kau tangkap katak dan burung-burung pipit. Inilah akibatnya," ucap petani Guido pada rekannya.
Melihat hal itu, Joe tersenyum. Dia akhirnya dapat beristirahat dan tertidur pulas. Di balik dedaunan di bawah pohon cengkeh.
Hati-hati petani Guido, ada Joe si lalat perampok di balik dedaunan. Jangan sampai terinjak.