Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sketsa, Romansa Peron

19 Desember 2020   20:30 Diperbarui: 3 Januari 2021   19:39 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Romansa Peron (dokpri)

# 07:30 Stasiun Bojong Gede

Munaroh Anjarwati, biasa dipanggil Mumun. Berdiri menanti commuter line di peron stasiun, dengan senyum yang kecut di balik maskernya. Lara bergelayut dalam hatinya yang pilu, setelah sang pujaan hati, ternyata berstatus suami orang.

Keputusan untuk mengakhiri hubungan semalam, membuatnya harus mencari cara move on. Bersantai sejenak di Bogor, adalah salah satu rencana me time yang menjadi pilihannya.

Jemari imutnya tak henti menari pada layar ponsel, mengirim rencana kedatangannya pada Saskia, sahabat karibnya di kota seribu angkot.

Mumun berharap, luka hatinya terobati dengan canda tawa dan suasana kota yang terkenal selalu memanjakan para pelancong.

Soto mie, Laksa, Doclang dan Asinan Bogor, sudah terbayang dalam benaknya untuk dinikmati. 

Terlihat commuter line datang dari arah Jakarta, Mumun terbelalak kaget melihat sesak penumpang di gerbong khusus wanita. Ia pun sepertinya harus menunggu kereta berikutnya karena malas berdesak-desakan.

"Duh ketinggalan, teh punten. Kereta ke Bogor, jam berapa lewat lagi?" Tanya seorang lelaki pada Mumun.

Mumun tak langsung menjawab, ia mundur dua langkah dari tempatnya, kemudian berkata, "paling lama setengah jam, Pak."

"Dih, jangan panggil bapak. Panggil Aa saja," ujar lelaki tersebut.

Mumun menahan senyum dalam maskernya. Hari gini masih "usaha" di tempat umum, gumamnya dalam hati.

Wangi maskulin, tubuh ideal, alis tebal dan rambut yang disisir rapih, membuat Mumun betah berlama-lama berada di sampingnya. Meskipun harus tetap menjaga jarak.

Mereka akhirnya mulai membuka obrolan, dari bahasan tempat-tempat asyik di kota hujan atau sekedar melempar canda belaka.

Hingga, merekapun naik ke dalam kereta. Mumun yang tadinya duduk di gerbong khusus wanita, merasa penasaran dan ingin mencari lelaki tersebut untuk sekedar menanyakan nama. 

Namun, perasaan malu dan segan hanya membawa langkahnya sampai di gerbong sebelahnya saja. Kemudian ia duduk manis di kursi yang tersedia.

Ia berharap saat turun nanti, dapat kembali bertemu dengan lelaki yang menemaninya mengobrol dengan asyik. Namun belum sempat berkenalan.

# 10:00 Stasiun Bogor

Martono alias Jack. Berjalan di dalam gerbong kereta, langkahnya menuju ke arah gerbong khusus wanita. Mencari sosok wanita yang di duga cantik, belum dipastikan karena memakai masker.

Namun ia tak dapat menemukan wanita tersebut. Akhirnya Jack turun dan mencari di luar stasiun, arah Taman Topi menjadi pilihannya. Berharap ia kembali bertemu dengannya di deretan penjual jajanan khas Bogor di sana.

Benar saja, wanita yang dicarinya tengah berada di halte dekat Taman Topi Square. Terlihat ia sudah naik ke dalam mobil sedan berwarna putih susu.

Entah apa yang ada dalam benak Jack? Ia seperti terobsesi dengan wanita yang baru saja ditemuinya di stasiun Bojong Gede pagi tadi.

Jack berusaha mencari wanita tersebut dengan berkeliling kota Bogor, menyusuri pusat-pusat jajanan kuliner dari jalan Siliwangi, Surya Kencana hingga kawasan Kebun Raya.

Akhirnya, di sebuah kedai soto mie terkenal, ia menemukan wanita yang dicari. Wanita yang mutlak cantik, karena saat makan masker harus dilepas. 

Wanita itu terlihat asyik mengobrol, tertawa lepas dengan teman-teman sambil menikmati kuliner khas kota hujan.

Sampai suatu ketika, Jack mendapatkan momentum untuk menghampiri wanita yang seharian menghiasi pandangannya.

"Eh, ketemu lagi. Jodoh ini mah," sapa Jack.

Wanita itu Mumun. Ia baru saja selesai menghabiskan satu porsi asinan, satu porsi soto mie dan satu porsi batagor.

Mumun dengan antusias berkata, "kok bisa ya. Sini duduk, Kang."

"Kebetulan aja, eh sendirian?" Tanya Jack.

"Tadi sama temen-temen, Kang," jawab Mumun.

"Pada ke mana?" Lanjut Jack.

"Malam mingguan mereka, saya sih jomlo," jawab Mumun.

Jack mengambil duduk di depan Mumun, kemudian iapun berkata, "kalem. Ada Aa, malam mingguan dijamin asyik."

Kota Bogor yang mendung, cuaca yang cocok untuk pendekatan. Terlebih saat Jack dan Mumun tengah bercengkerama, gerimis romantis tiba-tiba turun dengan syahdunya.

Menanti pelangi terbentang di antara hiruk-pikuk angkot, delman dan mobil pribadi yang menghiasi kemacetan kota hujan.

# 21:00 Stasiun Bojong Gede

Kereta berhenti, Jack dan Mumun turun di stasiun yang sama. Stasiun tempat mereka pertama kali bertemu.

Mereka turun bersamaan, dengan mata yang saling menatap tak lepas satu sama lain. Persis seperti pengantin baru yang selesai menikmati bulan madu.

"Biar Aa anter sampai rumah ya?" Pinta Jack.

"Jangan dulu, besok aja ketemu lagi. Kan udah janji," jawab Mumun.

"Hati hati atuh, jangan lupa kasih kabar ya," ucap Jack.

Mumun memperlihatkan senyum, tak lama ia kembali memakai maskernya. Kemudian menghilang di antara riuh penumpang kereta lainnya yang turun di stasiun Bojong Gede.

Jack menarik nafas panjang, setelah memastikan Mumun hilang dari pandangan. Ia bergegas menuju warung kopi terdekat di luar stasiun.

Seorang lelaki paruh baya dengan jaket kulit berwarna hitam, berkumis tebal, mengapit rokok kretek di tangannya. Dari deretan meja paling belakang, ia melambai kepada Jack.

"Kumaha?" Lelaki tersebut bertanya.

Jack duduk dengan santai, ia menyalakan rokok kretek yang diambilnya dari atas meja. 

Kemudian ia berkata, "wanita itu, bersih. Bandar Sabu yang kita incar, sudah tidak ada hubungan lagi dengannya, ndan."

****

Sunda : Kumaha, artinya ; bagaimana.

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian 12/19/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun