Burung jalak turun dari dahan, lalu mendekati kaka si kucing hutan dan berkata, "pergilah ke rumah-rumah manusia, disana banyak tikus sebesar kucing, tentu kau akan kenyang."
"Benarkah itu, tentu aku harus berbagi dengan kucing lainnya," ucap si kucing hutan.
"Kucing disana tidak makan tikus, mereka diberi makan nasi dan ikan oleh manusia, lagipula kucing disana mengeong, tidak berdesis seperti kau," jawab burung jalak, sambil terbang berpindah hinggap diujung ranting.
"Darimana kau tahu?" Tanya si kucing hutan.
"Aku berasal dari rumah manusia, aku pergi ingin bebas," jawab burung jalak.
"Kenapa? bukankah enak diberi makan oleh manusia?" Si kucing hutan bertanya dengan rasa penasaran.
"Tidak! Aku tidak mau, aku mau bebas tidak ingin hidup dalam sangkar selamanya," jawab burung jalak sambil mengibaskan sayapnya.
"Kau tahu apa yang manusia lakukan kepada merpati dan belibis, mereka dipotong seperti ayam, lalu anjing, ular dan kucing sepertimu, kadang mereka potong dan makan juga!" Lanjut burung jalak.
Seperti belum terpuaskan, kaka si kucing hutan kembali bertanya, "kenapa manusia begitu rakus!?, Ibuku bercerita, mangsa mereka ayam dan tumbuhan, apakah belum cukup!?".
"Kemana Ibumu!?". Tanya burung jalak.
"Aku tak tahu, sepertinya bernasib sama seperti adik, saudaraku yang ditangkap oleh manusia," jawab kaka si kucing hutan dengan lemas.