Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak-anak Pemilik Peradaban

1 Oktober 2020   22:40 Diperbarui: 1 Oktober 2020   22:44 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kejuaraan Karate BKC Banten (Dokpri)

Si kembar adalah penonton setia YouTube pada layar TV, ketidaksabaran menunggu iklan pada stasiun televisi nasional adalah alasan paling masuk akal, yang memaksa bundanya mengalah untuk menonton tv dikamar yang lain, sementara mereka kompak menonton tayangan YouTube anak, sampai tiba waktu untuk menjalankan aktivitas lain.

Meskipun begitu, tak pernah terdengar keinginan mereka untuk bercita-cita sebagai YouTubers atau sekedar mengidolakan YouTubers yang kadang hanya mereka tonton sekitar 15 menit-an saja, berbeda dengan kartun dan anime yang bisa ditonton lebih sering.

Suatu waktu, bundanya latah untuk memberikan gadget pada si kembar, dengan harapan, mereka tak terpaku terus menerus didepan layar TV, namun yang terjadi malah si kembar saat ini mengenal Mabar ML, Tik-Tok dan jadi anak epep (FF) mengikuti teman-temannya.

Tapi anehnya, atau patut kami syukuri, ternyata mereka tak begitu tahan berlama-lama dengan bentuk permainan digital, karena aktivitas fisik diluar rumah, seperti bersepeda dan bermain dengan teman-teman, lebih disukai ketimbang terus menerus berada dalam game online.

Hal ini mungkin karena kami sudah berusaha mencukupi asupan edukasi dan imajinasi, sama pentingnya dengan asupan gizi, selain piknik secara periodik, setiap malam sebelum tidur, kami selalu membiasakan bercerita satu sama lain, setelahnya menyampaikan dongeng secara bergantian, lalu berdo'a.

Dimasa pandemi, saat bermain diluar rumah banyak dibatasi, mereka cukup sibuk dengan merawat (tepatnya bermain) aquarium mini dari bentuk aquascape dengan rumput dan bebatuan alami, diisi ikan dan udang yang ditangkapnya dari danau, berubah menjadi hiasan sinstetis dan berisi ikan hias yang dibeli dari toko, tak lupa hamster peliharaannya yang sering diajak si kembar bermain, dari depan sampai belakang rumah, ujungnya seperti biasa, sang bunda yang harus membereskan sisa "perawatan"nya.

Kerinduan si kembar pada sekolah, cukup membuat kami bersedih, sesekali kami sempatkan mereka berinteraksi dengan guru melalui video call, selain belajar dan bermain dengan teman satu sekolah, mereka juga dikenal dekat dengan guru-gurunya, mungkin watak supel dan tahan banting saat dibully, menjadi kelebihannya.

 Masa Sekolah Sebelum Pandemi (Dokpri)
 Masa Sekolah Sebelum Pandemi (Dokpri)
meskipun tak berbanding lurus dengan prestasi belajar si kembar, yang hanya mentok dipapan tengah alias medioker, sebelum sistem peringkat ditiadakan, peringkat 12 dan 14 dari 30 siswa adalah pencapaian terbaik.

Namun bagi kami, hasil tersebut sangat prestisius, untuk anak-anak yang hanya benar-benar full bermain saat PAUD, bisa berbicara dengan lancar dikelas 0 (nol) besar TK dan sempat divonis daya tangkap belajarnya, terlambat satu tahun dari anak sebayanya sebelum masuk kelas 1 Sekolah Dasar.

Mereka telah direlakan ibu bapa
Warganegara biasa negeri ini
Yang melepas dengan doa
Setiap pagi

Kaki-kaki kecil yang tak kenal lelah
Kini telah melangkahkan sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun