Menjelang magrib, saat beberapa mahasiswa mulai meninggalkan kedai kopi dan berganti mahasiswa lain yang datang, obrolan mereka seolah tak ada ujung.
Seorang mahasiswa tingkat akhir ikut beropini dalam obrolan mereka.
"Kelak yang namanya aksi mahasiswa, mau itu demo, seminar bahkan bakti desa, tak akan terlihat keren lagi. Imbuh nya.
"Kenapa bang ?" Tanya Asep.
"Kamu tak liat di TV , tak baca di koran, berserak-serak tokoh politik dan pengamat politik yang tampil menggerus peran mahasiswa." Jawab nya.
"Bisa jadi". Singkat aktivis Muda bersuara.
Gelas kopi ke-empat telah habis diminum Ujang, beranjak dari tempat duduknya sambil menarik Asep, Ujang pun bergegas pamit.
"Makasih bang sharing-sharing nya nih, kita jalan duluan ya". Ujar Ujang sembari pergi berlalu bersama Asep.
"Kenapa udahan Jang kan kamu suka obrolan beginian". Tanya Asep.
"Pegel otak aing Sep.." jawab Ujang seraya mempercepat langkahnya.
Dalam lantunan adzan magrib, kedua sahabat menghilang didalam belantara Jagakarsa, mereka mendapatkan trigger yang menambah rasa penasaran, tentang opini yang harus dicari kebenarannya, tentang rangkaian pernyataan yang harus dibuktikan dimasa depan.