Mohon tunggu...
Made IndrajayaKusuma
Made IndrajayaKusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) angkatan 2023. Asal Banyuwangi, Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pembangunan KRL Khusus Wanita : Solusi sekaligus Stereotip Dalam Permasalahan Ketidakadilan Gender

3 Januari 2025   18:27 Diperbarui: 3 Januari 2025   18:27 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Namun, akibat dari adanya kasus pelecehan seksual yang tidak sedikit terjadi yang dialami oleh kaum wanita di dalam KRL, pada akhirnya muncul sebuah urgensi untuk pembangunan KRL khusus wanita. Kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap perempuan terjadi karena adanya anggapan bahwa perempuan lebih lemah dan inferior dibandingkan laki-laki. Perempuan tetap berada dalam posisi subordinasi dan marginalisasi, didominasi, dieksploitasi dan diperbudak oleh laki-laki, namun juga karena mereka masih dianggap sebagai warga kelas dua.

 

    Pembangunan KRL khusus wanita merupakan upaya prevensi pemerintah paling tepat dalam menangani kasus pelecehan terutama di dalam sebuah transportasi umum KRL (Kereta Rel Listrik). Dengan memberikan fasilitas tersebut, kemungkinan para pria dalam mengambil kesempatan untuk melakukan sebuah pelecehan seksual kepada wanita dalam dapat di minimalisir. Ada kemungkinan lain yang bisa saja terjadi contohnya, seorang pria sengaja menggunakan KRL tidak digunakan untuk dirinya menuju ke suatu destinasi, melainkan dirinya menggunakan KRL hanya untuk mencari kesempatan supaya dapat melakukan pelecehan seksual untuk memenuhi hawa nafsunya. Maka demikian, dengan adanya KRL khusus wanita, dapat meminimalisir kemungkinan buruk tersebut.

Dalam kontkes kesetaraan gender atau gender equality, adanya KRL khusus wanita ini dapat dikatakan kurang mendukung kesetaraan akibat adanya pengkotakan gedner antara wanita dan pria. Namun, di lain sisi, upaya ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan adanya tindakan pelecehan seksual yang dialami oleh kaum wanita. Dengan demikian, kesetaraan gender seharusnya dapat dibangun oleh kesadaran masyarakat itu sendiri terutama bagi kaum laki - laki yang masih memiliki tindakan atau aksi yang menjadi sebuah addictive (kecanduan) bagi mereka untuk melakukan sebuah tindakan pelecehan seksual kepada wanita untuk memenuhi hasrat atau hawa nafsunya. Selain itu, penting bagi masyarakat untuk mengubah pola pikir dalam memandang bahwa wanita merupakan makhluk yang lemah dan rendah, yang pada akhirnya, akibat dari pemikiran mereka sendiri yang menormalisasi adanya tindakan pelecehan pada wanita dan enggan untuk peduli akan hal tersebut. Membagun pemikiran yang cerdas dan berwawasan merupakan hal paling dasar yang harus dimiliki oleh masyarakat. Dengan begitu, kesetaraan gender akan tetap berjalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun