Mohon tunggu...
Made IndrajayaKusuma
Made IndrajayaKusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) angkatan 2023. Asal Banyuwangi, Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pembangunan KRL Khusus Wanita : Solusi sekaligus Stereotip Dalam Permasalahan Ketidakadilan Gender

3 Januari 2025   18:27 Diperbarui: 3 Januari 2025   18:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Pembangunan merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan sosial serta mendorong suatu kehidupan masyarakat ke tingkat yang lebih maju dan menjamin. Upaya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah antara lain ; memberikan infrastruktur yang menjamin bagi masyarakat, membuat pelayanan publik, dan lain sebagainya. Solusi pembangunan ini menjadi harapan bagi masyarakat untuk mempermudah kehidupan sosial.

    Gender diartikan sebagai perbedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi nilai dan perilaku (Victoria Neufeldt). Mengenai ketidak-setaraan gender, konflik ini merupakan masalah umum yang banyak terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat. Adanya "peng-kotakan" jenis kelamin, membuat kedua belah pihak bersaing satu sama lain dengan tujuan untuk merebutkan tingkat dominasi kedudukannya masing - masing.

    Stereotip gender adalah pandangan atau keyakinan yang mengkategorikan perilaku, atribut, dan peran tertentu yang dianggap sesuai untuk laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Stereotip ini sering kali tidak didasarkan pada fakta atau perbedaan biologis yang nyata, tetapi lebih pada konstruksi sosial yang telah ada selama bertahun-tahun. Hal ini menciptakan ekspektasi yang membatasi potensi individu berdasarkan jenis kelamin mereka, baik dalam konteks pribadi maupun profesional.

    Dalam adanya pembangunan KRL khusus wanita menimbulkan kontradiksi. KRL khusus wanita ini dibangun dalam upaya meminimalisir pelecehan seksual yang dialami oleh kaum wanita. Adanya overcrowding dalam KRL yang di mana laki-laki dan perempuan menjadi satu gerbong KRL, memungkinkan adanya tindakan tak pantas yang dilakukan oleh kaum laki-laki terhadap perempuan yakni pelecehan seksual secara fisik.

 

Pembahasan

    Seperti yang kita ketahui, pelecehan seksual merupakan bentuk masalah sosial yang umum dialami oleh kaum wanita. Dari adanya permasalahan mengenai pelecehan seksual, hal ini yang menimbulkan ketidaksetaraan gender. Wanita dipandang sebagai makhluk lemah yang pada akhirnya diri mereka dianggap mudah untuk dikendalikan serta dimanfaatkan oleh kaum pria untuk memenuhi kebutuhan nafsu mereka. Anggapan tersebut sudah sangat lama muncul yang mengakibatkan permasalahan gender ini tak pernah usai.

Pembangunan sarana transportasi KRL (Kereta Rel Listrik) khusus wanita dirancang untuk memberikan kenyamanan dalam ber-mobilitas bagi kaum wanita. Hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap kaum wanita dalam memberikan rasa aman dan nyaman di tengah kesibukan di dunia kerja dengan menggunakan sarana transportasi yang memadai dan mendukung. Dari adanya beberapa kasus pelecehan yang dilakukan pria terhadap wanita tepatnya di dalam sebuah KRL dikarenakan kondisi yang campur aduk antara kaum pria dan wanita, hal ini menyebabkan besar kemungkinan pihak kaum pria mendapat kesempatan untuk melakukan tindakan pelecehan di saat kondisi KRL yang sedang berdesakan. Maka dari itu Pembangunan KRL khusus wanita ini diharapkan dapat mendukung perlindungan terhadap wanita dari bentuk pelecehan seksual.

    Di sisi lain,  masalah ini memiliki keterkaitan terhadap masalah kesetaraan gender. Di mana kaum wanita merasa seperti di kotak - kotakan oleh sebuah stereotip gender seperti anggapan bahwa wanita adalah kaum yang lemah dan mudah untuk dimanfaatkan. Menurut (Amanda dalam Fatimah, 2014), menjelaskan bahwa stereotip sebagai pemberian sifat tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena ia berasal dari suatu kelompok tertentu (in group atau out group) yang bisa bersifat positif maupun negatif. Maka dalam masalah ini, stereotip yang didapat oleh kaum wanita, termasuk dalam stereotip yang bersifat negatif. Banyaknya anggapan masyarakat mengenai stereotip negatif terhadap perempuan membuat posisi perempuan menjadi terpojok dan sering kali merasa tidak aman sekligus tidak nyaman dengan kehidupan yang mereka jalani.

    Pembangunan sarana KRL khusus wanita menimbulkan kontradiksi dari banyaknya masyarakat. Beberapa menganggap hal ini tidak mendukung adanya kesetaraan gender. Namun, tak sedikit juga yang pro terhadap pembangunan KRL khusus wanita yang dibangun dengan tujuan menjaga dan memberi rasa aman serta nyaman kaum wanita saat melakukan mobilitas. Dalam hal ini perspektif masyarakat berbeda - beda Ada kemungkinan beberapa dari mereka yang tidak terlalu mendukung adanya KRL khusus wanita ini adalah mereka yang tidak mengalami kejadian seperti pelecehan seksual sehingga mereka menganggap pembangunan KRL khusus wanita ini bukan merupakan hal yang sangat - sangat diperlukan. Selain itu, beberapa dari kelompok masyarakat yang kontra terhadap KRL khusus wanita, menganggap bahwa dengan adanya pengelompokkan khusus pada sistem KRL, membuat KRL menjadi kurang efektif. Seperti yang kita ketahui, KRL merupakan sarana transportasi umum yang sudah seharusnya diperuntukkan bagi semua kalangan tanpa memandang gender dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun