Hari Senin tanggal 4 September 2017, saya sebagai pengajar mendapat panggilan untuk melaksanakan pretest UKG di SMAN 3 Depok. Setelah mengajar hampir lebih 7 tahun baru kali ini saya menghadapi ujian seperti ini.
Menurut pemerintah pretest ini diadakan untuk mengukur kemampuan atau kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, mulai dari kemampuan pedagogik hingga kemampuan profesional. Pada ujian ini saya terdaftar sebagai guru penjasorkes SD meskipun pada kenyataan saya jarang mengajar penjasorkes, mungkin ini kebijakan dari sekolah tempat saya bekerja untuk mendaftarkan saya sebagai guru penjasorkes SD, karena dalam satu sekolah harus rata dalam penugasan guru, jadi mungkin sekolah saya kekurangan guru penjasorkes jadi saya didaftarkan sebagai guru penjasorkes.
Pada saat ujian terdapat 100 soal yang harus saya kerjakan yang katanya dibuat untuk mengukur kompetensi guru. Selama ujian berlangsung semua berjalan normal hingga saya mendapati dua pertanyaan yang menurut saya aneh dan tidak relevan, pertanyaan tersebut diantaranya :
1. Perangkat lunak komputer apa yang digunakan untuk menyunting video? pilihan jawabannyaÂ
- A. Sound editing
- B. Windows Movie Maker
- C. Saya lupa
- D. Youtube
2. Hukum Newton yang pertama tentang benda?
- Pilihan jawabannya saya lupa
Menurut saya kedua pertanyaan ini agak aneh terlebih lagi pertanyaan kedua mungkin sudah tidak relevan. Pertanyaan pertama mungkin masih agak nyambung (saya positif thinking) mungkin ada beberapa guru yang membuat video tentang olahraga, tetapi yang saya permasalahkan adalah pilihan jawabannya.Â
Windows movie maker setahu saya sudah tidak ada di windows seven, kalaupun ada itu pun penggunannya boleh mencari dari sumber lain. Bagaimana jika seorang guru tersebut mengedit video dengan sofware lain (ada banyak kan sofware video editing lain) dan tidak mengetahui windows movie maker atau edit video di smartphone dengan banyak app yang mumpuni. Banyak dari teman-teman saya yang tidak bisa meng-edit  video di komputer tetapi justru jago edit di smartphone. Pertanyaan di atas menjadi tidak adil kan!? guru akan salah menjawab jika dia tidak tahu tentang windows movie maker.
Saya cukup terkejut tentang pertanyaan yang kedua, bagaimana bisa ada pertanyaan tentang hukum newton pertama pada uji kompetensi tentang guru penjasorkes. Saya masih bingung mencari hubungan antara pertanyaaan ini dengan kompetensi penjasorkes. Guru yang tidak belajar ipa atau sains dengan baik tidak akan tahu definisi tentang hukum newton pertama dan gara-gara pertanyaan ini mungkin nilai kompetensi mereka akan menurun, lagi-lagi ini tidak adil menurut saya, apa yang ada dipikiran pemerintah???
Terlepas dari semua kegiatan pretest UKG yang memiliki niat "BAIK" untuk memperbaiki kualitas guru di tanah air dan semua kegiatan ini saya rasa memakan anggaran dari pemerintah. Berdasarkan kurikulum nasional yang memiliki tujuan baik, yang harus menilai siswa secara menyeluruh bukan hanya nilai kognitif atau teori saja melainkan semua aspek mulai dari spiritual, pengetahuan hingga keterampilan.Â
Menurut saya ukg ini justru sangat bertolak belakang dari kurikulum nasional yang ada, guru dinilai hanya dari nilai teori saja. Jujur menurut saya semua pertanyaan ujian tersebut kebanyakan hanyalah teori (ya jelas lah kan gak ada ujian prakteknya hehehe) tapi saya jujur juga gak mau ada ujian praktek bagi guru hohohoho. Balik lagi ke penilaian ujian, dengan hanya nilai teori saja bukan berarti guru yang mendapatkan nilai rendah tidak dapat mengajar dengan baik dan begitu sebaliknya.Â
Inilah yang saya mau garis bawahi kenapa pemerintah mempunyai ide untuk meningkatkan kualitas guru dengan tes-tes semacam ini. menurut saya lebih efektif jika pemerintah lebih gencar mengadakan workshop atau pelatihan kepada guru-guru, seperti workshop kurikulum atau tata cara pembuatan perangkat pembelajaran atau pelatihan cara belajar atau metode belajar yang lebih efektif.
Pelatihan seperti ini lebih baik daripada hanya menguji guru dengan ujian seperti itu. Cara pengevaluasian guru pun lebih enak dengan menugaskan para pengawas melihat langsung ke sekolah-sekolah. Anggaran yang dikeluarkan pun lebih jelas hasilnya.
Berdasarkan UKG tahun-tahun sebelumnya belum banyak tindak lanjut yang diambil pemerintah setelah mengetahui nilai ujian guru. Apakah tes semacam ini hanya untuk memenuhi kebutuhan statistik saja? ada lebih dari 8 guru di sekolah saya yang mengikuti UKG pada tahun-tahun sebelumnya namun hanya 2 orang yang mendapat panggilan untuk mendapat pelatihan itupun tidak sering ada pelatihan bisa dibilang jarang. Saya lebih khawatir lagi karena porsi kepedulian pemerintah itu berbeda antara sekolah negeri dan sekolah swasta (sy mengajar di SD swasta) dalam mungkin karena itu guru yang mendapat tidak lanjut di sekolah saya hanya ada 2 orang!? (mungkin itu alasannya).Â
Selama saya mengajar disekolah swasta memang jarang ada pelatihan guru dari pemerintah, pernah sekali waktu itu tentang ABK (anak berkebutuhan khusus) itupun ketika hadir orang dari dinas pendidikannya menyampaikan bahwa ada kesalahan dalam mengundang harusnya lebih banyak mengundang sekolah negeri bukan swasta (karena pada saat itu kebanyakan yang datang dari swasta).
Harus ada tindakan nyata dari pemerintah dan stakeholder lain jika ingin meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air tercinta ini dan itu tidaklah mudah karena harus butuh langkah nyata dan kongkret bukan hanya sekedar formalitas dan pemenuhan data statistik saja. Semoga ke depan kualitas pendidikan kita lebih baik dan menghasilkan generasi yang hebat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H