Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pembantaian Manchester United dan Liverpool Mengingatkan Skandal Satu Abad Silam

5 Oktober 2020   12:02 Diperbarui: 5 Oktober 2020   12:10 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan dari pertemuan sudah diputuskan. United nantinya di Old Trafford akan menang saat hadapi Liverpool. Hal itu terbukti benar, hadapi Liverpool di hari Jumat Agung 1915, United menang 2-0. Pemain United, George Anderson memborong dua gol United.

Uniknya saat Anderson mencetak gol, rekan-rekannya biasa saja. Ya, Anderson sendiri memang tak tahu menahu dengan kesepakatan rekan-rekannya untuk mengatur hasil laga. Dari pemain Liverpool saat itu juga hanya satu orang yang tidak tahu soal skandal tersebut yakni Fred Pagnam.

Pagnam jadi satu-satunya pemain Liverpool yang berusaha keras saat timnya tertinggal oleh gol Anderson. Salah satu peluang emas di dapat Pagnam terjadi di menit akhir laga, sepakannya membentur tiang gawang United. Namun bukan pujian yang didapat, ia justru dimarahi oleh rekan-rekannya yang lain.

Usai pertandingan, desas desus pun menguak ke permukaan. Muncul selebaran gelap di jalanan kota Liverpool dan Manchester bahwa hasil laga sudah diatur. Pihak FA dan kepolisian pun langsung turun tangan. Dua pemain, George Anderson dan Fred Pagnam belakangan diketahui menjadi saksi kunci melawan praktek jahat rekan-rekannya tersebut.

Ternyata dalam investigas kepolisian juga menunjukkan ada satu pemain yakni Billy Meredith yang menaruh curiga pada hasil tersebut. Meredith pada akhirnya juga memberi kesaksian bahwa saat laga tidak ada rekannya yang mau memberikan bola kepadanya.

FA akhirnya memiliki keputusan. 27 Desember 1915 atau 9 bulan setelah laga, FA memutus bersalah tujuh pemian kedua tim. Tujuh pemain yang hadir di pub The Dong and Partridge dihukum bersalah dan dilarang beraktifitas di sepak bola seumur hidup. Enoch West jadi pemian yang berusaha berjuang untuk memprotes keputusan tersebut.

Namun hingga ia pensiun, FA tak mengabulkan permintaan West. Sementara enam pemian lainnya, Sheldon, Fairfoul, Pursell, Miller, Turnbull, dan Whalley akhrinya malah dikirim ke medan perang.

Menariknya keputusan keenam pemain tersebut untuk turun ke medang perang dunia I justru pada akhirnya membuat FA mengubah hukuman seumur hidup. Hal itu lantaran desakan dari banyak pihak karena lima pemain itu telah berjasa untuk Inggris. 

Sheldon, Pursell, Miller dan Whalley bisa kembali bermain pada 1919, Turnbull terbunuh di Prancis, sedangkan West harus menunggu hingga usai Perang Dunia II untuk FA mencabut hukuman seumur hidup kepadanya. Saat hukuman dicabut, usianya sudah 59 tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun