Barcelona atau orang segilintir di Barcelona termasuk para suporter yang begitu mendewakan Messi sepertinya harus kembali mempelajari bagaimana sosok Sir Alex Ferguson atau Fabio Capello mengatasi pemain dengan status megabintang. Sir Alex misalnya, ia tak segan-segan untuk mendepak pemain megabintang jika kelakuannya sudah 'membahayakan' tim secara keseluruhan.
Aksi lempar hair drayer ke David Beckham yang berujung hengkangnya Becks ke Real Madrid ialah satu ketegasan Sir Alex terhadap pemain yang bisa merusakan keutuhan tim. Fabio Capello pun tak ambil pusing dan jatuhi sanksi tegas pada pemain yang sudah lebih besar daripada tim, November 2006 lalu Cassano mendapati bagaimana Capello tak bisa kompromi untuk urusan satu ini.
Memang beda Messi dengan Beckham serta Casanno, Messi tidak se-casanova Becks kala berulah di Old Trafford dan membuat Sir Alex kesal, pun Messi tidak seliar Cassano yang berani melawan Capello, namun sikap Messi yang bebas dengan sesuka hati meminta manajemen membeli pemain anyar sesuai pilihannya dan menyarankan manajemen menolak usulan Neymar untuk rekrut Coutinho, kadarnya Messi justru lebih merusak.
Maka tidak mengherankan jika Pep Guardiola pernah berujar bahwa sosok Messi tidak akan pernah akur andai ia dilatih oleh pelatih yang sangat keras untuk urusan tim dibanding satu pemain, Pep mencontohkan nama legenda hidup Barcelona, Johan Cruyff.
 "Saya yakin akan ada konflik antara Messi dan Cruyff. Mereka akan terlibat banyak perselisihan sebagai masa penyesuaian." kata pelatih Man City itu seperti dikutip dari Marca
Andai saya Ernesto Valverde
Pelatih anyar Barca, Ronald Koeman tentu saja saat ini bersikap lebih keras dibanding Setien ataupun Ernesto Valverde. Nama terakhir tentu merasakan polemik soal siapa yang harus ia pertahankan, Messi atau Neymar.
Valverde pada 2017-18 tentu dihadapkan pada kondisi pelik. Di satu sisi, ia tentu ingin mempertahankan skuat Barca dari musim sebelumnya. Namun melihat tingkah terakhir Neymar saa itu tentu persatuan tim juga harus diutamakan.
Terlepas dari itu, andai saya seorang Valverde pada saat itu, justru saya lebih memilih untuk menyodorkan Neymar dengan kontrak bernilai besar dan menuruti permintaannya untuk merekrut Coutinho serta yang terakhir mendepak Lionel Messi dari Nou Camp. Keputusan ini tentu tidak populis namun justru lebih memiliki proyeksi jangka panjang untuk tim Catalan.
Dengan usia yang memasuki 30 tahun, kebintangan seorang Messi tentu sudah tinggal hitungan jari. Belum lagi jika diukur soal kontrak yang saat ini jadi polemik terbesar masa depan La Pulga. Bandingkan dengan Neymar dan Coutinho yang masih berumur 28. Keduanya masih memiliki rentang waktu cukup panjang untuk terus berkarier dan memberikan prestasi ke Barcelona.
Belum lagi jika kita bicara soal kasus di luar sepakbola yakni kasus penggelapan pajak. Jika saya Valverde di tahun itu tentu lebih memilih Neymar yang sudah dibebaskan dari kasus penggelapan pajak. Dikutip dari goal.com, pengadilan di Brasil telah resmi menutup kasus Neymar.