Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Potret Kehidupan Para Buruh Pembuat Bola Kaki di Negara Penggila Kriket

19 Oktober 2018   13:27 Diperbarui: 19 Oktober 2018   14:21 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh pembuat bola kaki di Pakistan | roadsandkingdoms.com

Laporan dari laborrights.org, negara India dan Pakistan merupakan dua negara yang menyerap pekerja anak terbesar di industri rumahan bola kaki. Di Pakistan ada satu kota yang dikenal sebagai tempat industri terbesar bola kaki, yakni Sialkot. Di kota yang memiliki luas 19 km persegi ini, industri rumahan bola kaki menghasilkan 60 juta bola per tahun atau 70 persen dari total produksi bola di seluruh dunia.

Berbeda dengan kota-kita di Pakistan yang sepanjang 2007 diguncang bom bunuh diri para terorisme, Sialkot cukup aman untuk masyarakatnya. Namun dibalik amannya kota ini, di sejumlah pelosok daerah di kota ini kita akan menemukan sangat banyak industri rumahan yang memproduksi bola untuk kelak di tendang, di sundul, ditangkap oleh pemain top dunia seperti Ronaldo, Messi, atau de Gea.

Tidak hanya menjamurnya industri rumahan bola sepak di Sialkot, di kota ini juga berdiri sebuah pabrik bernama Forward Sports Factory yang dimiliki seorang penguasaha Pakista bernama Khawaja Akhtar Masood. Pabrik ini seperti dikutip dari roadsandkingdoms.com menjadi produksi bola sepak yang dijual oleh appareal kenamaan Adidas.

Pabrik ini berdiri di pinggiran Sialkot tepatnya di jalan Sambrial yang berlokasi tak jauh dari kawasan Grand Trunk Road, sebuah jalur dagang yang dikenal berabad-abad lampau karena menjadi jalur perdagangan untuk para saudagar dari Afganistan dan sekitarnya menuju ke Dhaka, Bangladesh.

Tiap harinya pabrik ini memproduksi 18 ribu bola yang dipasok untuk kebutuhan pertandingan di Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat, Bundesliga Jerman, hingga Liga Champions. Awalnya pabrik ini memang hanya memproduksi peralatan olahraga yang untuk pasar Pakistan sendiri, namun kemampuan lobby dari Masood membuat ia mampu menembus pasar Eropa dan dunia.  

Angka tersebut tentu sangat fantastis, Pakistan yang tak memiliki akar budaya sepakbola dan masyarakatnya lebih gemar bermain kriket justru menjadi negara yang memiliki angka produksi bola sepak terbesar di dunia. Hal itu memang sangat positif bagi masyarakat, maraknya industri bola sepak di Pakista bisa menyerap ribuan orang untuk menjadi buruh bola sepak.

Para buruh yang bekerja di pabrik ini tak disebut jumlah detailnya oleh Masood, namun seperti kebanyakan buruh di industri bola sepak di India, Pakistan, dan negara berkembang lainnya, para buruh ini mendapat pendapatan yang sangat kecil.

Bahkan di sejumlah industri bola sepak di Pakista dan India terdapat para pekerja anak yang hanya mendapat bayaran hanya beberapa sen dengan durasi kerja mereka mencapai 10 - 15 jam per shift.

"Sementara industri-industri lain sudah berkomitmen untuk menghentikan mempekerjakan anak-anak, industri bola kaki malah sebaliknya. Bahkan di Pakistan terdapat serikat pekerja anak industri bola kaki," kata Trina Tocco, perwakilan dari Forum Internasional Hak Buruh.

Bekerja di industri bola sepak juga tidak hanya bermasalah di soal upah, namun juga soal keselamatan dan perlindungan kesehatan. Para pekerja di industri ini harus siap menerima resiko seperti mengalami tangan luka terkena jarum pentul yang sangat besar saat menjahit bola, serta ancaman penyakit punggung karena harus duduk tegak selama berjam-jam saat produksi bola sepak.

Tidak hanya di Pakistan dan India, Masood menyebut bahwa industri bola sepak di Tiongkok malah lebih gila lagi. Ia menyebut saat industri bola sepak di Negeri Tirai Bambu itu mendapat kontrak dari FIFA sebagai pembuat bola di ajang Piala Dunia, para penguasaha di sana mampu memberikan harga yang lebih murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun