Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengkritisi Pernyataan PSSI soal Luis Milla

17 Oktober 2018   12:24 Diperbarui: 17 Oktober 2018   13:45 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan-pertanyaan di atas itu sebenarnya akan terbantahkan jika melihat rekam jejak Milla selama ini. Milla bukanlah orang sembarangan di sepakbola Spanyol. Ia memiliki nama harum bagi publik Real Madrid dan Barcelona, meski mungkin tak seharum Luis Enrique atau Pep Guardiola. Kecintaannya pada Timnas pun masih terlihat jika melihat sejumlah unggahannya di akun sosial medianya. Ia begitu bangga bisa melatih Timnas Indonesia.

Artinya tentu tidak masuk akal jika seorang Milla memilih untuk membiarkan dirinya dianggap bukan pelatih profesional dengan bungkamnya tersebut. Tentu ada latar belakang kuat bagi seorang pelatih profesional tak mengeluarkan pernyataan terkait masa depannya.

Publik sepakbola Indonesia tentu sudah sangat cerdas melihat tanda-tanda ini. Kontruksi pemikiran publik sepakbola soal Milla masih satu suara soal gaji dan bobroknya federasi jadi latar belakang mengapa pelatih berambut keriwil itu belum juga datang ke Indonesia. Justru di sisi inilah, federasi harus berbesar hati mengakui itu bukan malah memberi komentar yang menurut saya justru merusak nama baik Milla.

Jika kemudian pernyataan Bima Sakti bahwa gaji yang tertunggak selama 3 bulan sudah dilunasi oleh PSSI, maka kemudian sebenarnya ada kesalahan di sana yang mungkin saja Milla ingin agar kesalahan itu tak kembali terulang di kontrak barunya tersebut.

Jika kemudian memang benar ada tuntutan Milla soal itu dan PSSI sulit untuk memenuhinya, asumsi publik sepakbola bahwa bobroknya federasi jadi latar belakang Milla tak jua hadir, benar adanya. Siapa juga pelatih profesional yang mau melatih dengan bayang-bayang gajinya akan kembali telat.

Justru dengan sikap federasi seperti ini juga menguatkan sejumlah anggapan bahwa sedari awal sebenarnya PSSI memang enggan untuk memperpanjang kontrak Milla. Bagi PSSI, Milla gagal mendatangkan prestasi dalam waktu 1,5 tahun, Milla ibarat Bandung Bondowoso yang gagal membuat 1000 candi dalam waktu semalam.

Diperpanjang kontraknya Milla oleh federasi sebenarnya hanya keinginan semu untuk menenangkan suara publik sepakbola yang semenjak kegagalan Timnas di Asian Games 2018 berpendapat bahwa Milla masih layak untuk diberi kesempatan. Publik ingin agar federasi tak mengulang kesalahan sama dengan memecat pelatih Timnas yang gagal di satu kompetisi dan mengenyampingkan proses yang sebelumnya sudah susah payah dilakukan.

Mari kita tunggu saja babak baru kursi pelatih Timnas Indonesia jelang Piala AFF 2018, apakah akan berakhir seperti layaknya sinetron-sinetron yang sebelumnya juga pernah 'diproduksi' oleh PSSI atau ada hal baru yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun