Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mulutmu Harimamu, Conor McGregor!

8 Oktober 2018   09:46 Diperbarui: 8 Oktober 2018   10:14 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Conor McGregor vs Khabib Nurmagomedov | abc.net.au

Akhir pekan ini, pencinta olahraga Ultimate Fighting Championship (UFC) dibuat heboh dengan aksi ricuh usai pertandingan bertitel UFC 229 yang mempertemukan si mulut besar, Conor McGregor melawan petarung asal Rusia, Khabib Nurmagomedov di T-Mobile Arena, Minggu 07 Oktober 2018.

Khabib yang sukses memiting leher McGregor di ronde keempat dan membuat petarung asal Irlandia itu kalah TKO mendadak seperti 'kesurupan' dengan menyerang tim McGregor yang berada di luar Oktagon. Dengan melompati Oktagon, petarung yang dikabarkan berlatih dengan beruang tersebut menyerang tim McGregor.

Tentu Khabib bukan orang gila yang menyerang membabi buta tanpa alasan jelas. Sejak awal sebelum petarungan dengan McGregor, ia memang acapkali mendapat perlakuan tak pantas dari McGregor dan timnya. Saat sesi konfrensi press misalnya, McGregor dengan sengaja memaksa Khabib meminum wiski.

Tentu saja Khabib menolak, sebagai seorang Muslim sudah sangat wajar ia menolak tawaran memaksa McGregor tersebut. Presiden UFC, Dana White sendiri pad sesi itu sudah menengahi aksi liar McGregor tersebut, namun tetap saja berulang kali ia memprovokasi Khabib.

Tak berhenti disana, Khabib juga mengatakan bahwa ia melakukan aksi liar usai pertarungan karena tim dari McGregor menghina agamanya, negaranya dan orang tuanya. "Mereka membicarakan agama saya, negara saya dan juga ayah saya. Ini adalah olahraga terhormat bukan olahraga mulut," kata Khabib seperti dikutip dari dailymail.co.uk

Meski begitu Khabib meminta maaf atas aksinya tersebut namun ia mengkritisi publik yang justru menyoroti aksinya keluar pagar Oktagon dibanding tindakan rasial McGregor dan timnya.

"Atas perbuatan ini saya meminta maaf kepada komisi atletik Nevada. Perbuatan itu bukan sisi terbaik karena saya adalah manusia biasa. Saya tidak mengerti kenapa banyak orang membicarakan saya meloncati pagar," kata Khabib.

Presiden UFC, Dana White sendiri usai pertarungan tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Ia tak membela siapa-siapa, di satu sisi yang ia memahami kemarahan dari Khabib namun di sisi lain ia juga tak bisa terima dengan aksi provokasi dari McGregor yang dianggapnya sudah membuat malu UFC.

"Saat itu rekan-rekan Conor (McGregor) tampak mengatakan beberapa hal, dan aksi Khabib yang membalasnya (dengan pukulan) adalah hal yang sangat konyol." kata White. Sayangnya White justru merasa bahwa tindakan Khabib melakukan hal tersebut sebagai tindakan yang bisa membuatnya mendapat sanksi berat.

"Bakal ada skorsing untuk Khabib, dia juga akan kesulitan mendapatkan VISA untuk kembali menginjakkan kakinya di negeri ini (Amerika Serikat), denda yang besar, yang jelas ia akan menerima hukuman yang berat" kata White.

Di titik ini, saya merasa White memang tak adil dalam membuat pernyataan. Dana White memang dikenal sebagai 'pelindung' untuk anak emasnya, Conor McGregor. Aksi provokasi yang dilakukan McGregor sebelum dan sesudah pertarungan tentu bukan sebagai bagian dari strategi melemahkan mental lawan seperti kebanyakan petarung UFC, apa yang dilakukan McGregor sudah melampaui batas dan bisa dikategorikan sebagai aksi rasis.

Bicara soal tingkah McGregor, dalam satu dua tahun ke belakang saya memang sempat mengikuti rekam jejak petarung yang dulunya pernah menjadi striker untuk klub amatir di Liga Irlandia tersebut. Ia memang petarung UFC yang besar mulut, tak tahu malu, dan juga kelewat sombong sampai lupa dengan kapasitasnya.

Pada satu sisi, hal negatif tersebut memang bisa membuatnya meraih kemenangan di Oktagon, namun di sisi lain, hal negatif tersebut membuatnya seperti pecundang seperti yang ia tunjukkan di hadapan Khabib.

Pada Agustus 2017 lalu misalnya, publik dibuat heboh dengan mulut besar McGregor yang menantang juara tinju dunia, Floyd Mayweather. Semua itu bermula Juli 2015 saat McGregor diwawancara oleh presenter terkenal Amerika Serikat, Conan O'Brien. McGregor ditanya, apakah ia mau naik ring suatu saat nanti melawan Mayweather? "Siapa yang tak mau menari di atas ring demi 180 juta dollar" kata McGregor kala itu.

Semenjak melontarkan pernyataan itu, media terus 'menggorengnya'. Mulut besar McGregor ke Mayweather bukan kali pertama. Ia acapkali melontarkan kalimat provokatif, tidak hanya kepada petarung UFC namun diluar olahraga lain. Suatu waktu ia pernah mengatakan, "Para petarung WWE menurut saya tidak lebih dari perkumpulan para pengecut. Mereka benar-benar tidak punya nyali untuk bertarung sesungguhnya," ucap McGregor.

Ucapannya ini membuat mantan petarung WWE yang juga peraih medali emas Olimpiade, Kurt Angle murka. Tidak hanya Kurt Angle yang marah, pegulat asal Bulgaria, Rusev Machka juga ikutan bersuara. "Begitu banyak omong kosong dari pria yang hanya bertarung dua kali selama 15 tahun dalam setahun. Bagus sekali Conor McGaiver," kata Machka.

Kembali ke pertarungan McGregor vs Mayweather, setelah jalani lobi alot selama 2 tahun dan terganjal masalah utama soal pembayaran akhirnya kedua kubu sama-sama sepakat untuk bertarung sampai 'mati' di T-Mobile Arena. Sesumbar dari McGregor inilah yang membuat petarungan itu akhirnya benar-benar terjadi pada 26 Agustus 2017.

Sebelum pertarungan di ring tinju, publik sudah menebak di atas kertas, petinju kelahiran Michigan, Amerika Serikat, Floyd Mayweather tentu lebih diunggulkan. Berbekal rekor tak terkalahkan 49-0 (26 KO) di ring tinju , petinju berjuluk Pretty Boy tentu lebih berpengalaman dibanding McGregor yang baru menjalani debut pertamanya di ring tinju.

Dari kacamata pecinta tinju, pertarungan tersebut akan mempertemukan Mayweather dengan gaya petinju yang presisi dan mengandalkan kesabaran, istilah kasarnya si Pretty Boy lebih banyak berlari-lari di dalam ring dibanding maju dan menghajar lawannya. Mayweather memang bukan seorang Naseem Hamed yang 'pecicilan'. Fakta di atas ring benar membuktikan tersebut.

Sebelum pertarungan melawan Mayweather, publik utamanya para mantan petinju merasa bahwa apa yang terjadi T-Mobile Arena pada Agustus 2017 tersebut tak ubahnya pertunjukan sirkus. "Pertarungan Floyd Mayweather vs Conor McGregor akan seperti sirkus dan hanya menjadi sebuah lelucon," kata Oscar De La Hoya.

Sedari awal memang pertarungan keduanya lebih dianggap sebagai 'money fight' karena sejak Dana White sebagai Presiden UFC lemparkan tawaran sebesar 25 juta dollar, kedua petarung malah menyepelekannya.

Saya sendiri sempat menuliskan artikel soal pertarungan ini. Saya mengibaratkan McGregor vs Mayweather bak meminta Cristiano Ronaldo adu balap dengan Rossi di Sirkuit Mugello.

Bagi Rossi, lintasan Mugello merupakan salah satu lintasan yang mudah untuk ditaklukkan tapi tidak untuk pembalap MotoGP lainnya. Bahkan seorang Marc Marquez saja menyebut bahwa sirkuit yang dibangun pada 1974 itu bak 'terlahir' untuk Rossi seorang. Tentu bukan hal mudah bagi seorang Cristiano Ronaldo untuk menaklukkan lintasan itu dengan mengendarai Yamaha YZR-M1.

Mari berandai-andai. Ronaldo tentu bisa mengendarai motor, ia juga tentu tidak terlalu sulit untuk memacu si kuda besi di atas lintasan balap, namun Ronaldo tak akan mampu untuk mengikuti trik dari Rossi menaklukkan Mugello yang memiliki lebar lintasan 14 meter tersebut.

Dengan jarak tempuh mencapai 120,6 kilometer yang artinya seorang pembalap bisa menyelesaikan balapan dengan memakan waktu kurang lebih 41 menit, apakah mungkin seorang Ronaldo bisa tidak terlempar dari motornya saat menaklukkan 15 tikungan di Mugello?

Hal itulah yang terjadi bagi seorang McGregor saat di atas ring melawan Mayweather. Ia memang bisa mendaratkan pukulannya ke wajah Mayweather, namun fakta membuktikkan ia tak bisa membuat tumbang petinju dengan sederet gelar tinju dunia tersebut.

Kesimpulannya Conor McGregor ialah petarung UFC dengan sederet gelar yang lupa bahwa di arena Oktagon pun dikenal dengan adanya adat malu dan semangat fair play. Dua hal yang selama ini selalu ia abaikan. Selamat jadi pecundang McGregor!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun