Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Merangkul dan Memanfaatkan Energi Berlebih Suporter lewat Ekonomi Kreatif

24 September 2018   11:26 Diperbarui: 24 September 2018   16:20 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial tidak hanya dijadikan sebagai ajang caci maki antar suporter oleh para Carito Kabau Sirah. Tidak hanya itu, sejumlah basis suporter juga melakukan tindakan yang sangat edukatif namun bisa juga membuat peluang ekonomi kreatif baru. Seperti Komunitas Bawah Skor Mandala yang yang fokus pada pengarsipan sejarah sepakbola nasional khususnya PSIM Yogyakarta.

Komunitas Bawah Skor Mandala bahkan tidak hanya mengarah ke edukasi soal arsip sepakbola nasional namun juga di tataran ekonomi kreatif. Di Jakarta kita sangat familiar dengan Legendary 1928. Sumbangsih dari legendary 1928 untuk pengarsipan sepakbola nasional khususnya Jakarta sudah tidak ada lagi meragukan.

Unsur edukatif sangat kental di legendary 1928, publik tidak akan pernah mengetahui soal ulasan bagaimana sepakbola jadi alat untuk bangsa ini merdeka, atau bagaimana fakta sejarah soal Lapangan Singa di pusat kota Batavia dulu.

Sinergitas dengan Bekraf

Dari sekelumit pemaparan di atas soal sepak terjang para suporter, tentu saja sudah saatnya merangkul para suporter dengan arah lebih baik dan diterima oleh para suporter itu sendiri.

"Menggandeng" suporter dengan aparat keamanan tentu saja baik untuk menjaga mereka untuk tidak bertindak vandal, namun yang juga penting ialah bagaimana mensinergiskan suporter dengan lembaga negara lain yang mengusung soal ekonomi kreatif.

Badan Ekonomi Kreatif bisa jadi jadi lembaga yang bisa melakukan itu, menggandeng di proses-proses ekonomi kreatif dan edukatif para suporter. Bekraf sendiri  dibentuk oleh Pemerintah Jokowi untuk menjadi saluran utama masyarakat yang memiliki bentuk nyata dari ekonomi kreatif. Bekraf memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

Paparan di atas soal sepak terjang suporter sebenarnya sudah sesuai dengan visi misi Bekraf itu sendiri. Bekraf sendiri memiliki 16 subsektor dari industri kreatif yang wajib dikembangkan, beberapa di antaranya sudah dijalankan oleh para suporter di Indonesia.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menyebut ke-16 subsektor ekonomi kreatif itu ialah, aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan tangan), kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio.

Jika ditelusuri lebih jauh, ke-16 subsektor itu sudah dijalankan oleh para supoter kita seperti soal radio misalnya, barisan suporter PSS Sleman memiliki Elja Radio, untuk desain komunikasi visual bisa terwakili dari kerja-kerja kreatif BCS dan Carito Kabau Sirah.

Untuk penerbitan, mari tengok isi arsip dari komunitas Bawah Skor Mandala dan Legendary 1928. Pun soal film, film dokumenter Jak Mania berjudul "Jakarta Is Mine" bisa mewakili.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun