Pemanfaatan panel tenaga surya sebagai sumber energi juga memberikan dampak untuk lingkungan sekitar stadion. Di Taiwan, National Stadium mampu mensuplai listrik bagi 80% rumah dan bangunan yang ada di sekitar stadion.
Bahkan surplus listrik yang dihasilkan stadion tersebut apabila sedang tidak digunakan, maka akan dijual ke perusahaan listrik Taiwan Power Co, sehingga setidaknya hampir 5 juta dolar Taiwan. Sedangkan di Stade de Suisse, surplus listrik yang mereka dapatkan setelah menggunakan panel tenaga surya mencapai 1.134.045 kWh per tahunnya.
"Di tahun pertama pengoperasian kami bisa surplus energi listrik mencapai 800.000 kWh. Kami menjualnya ke otoritas kota dan perusahaan swasta. Di tahun 2007, kami meningkatkan produksi listrik di angka 450.000 kWh," kata  Jakob Vollenweider, kepala proyek panel tenaga surya Stade de Suisse.
Sejak mulai beroperasi menggunakan panel tenaga surya, Stade de Suisse memang sangat menarik bagi banyak orang, tak hanya suporter sepakbola yang datang ke sana namun juga turis di luar Swiss yang penasaran bagaimana sinar matahari bisa diubah menjadi tenaga listrik.
Dikutip dari swissinfo.ch, tiap tahunnya stadion ini dikunjungi oleh wisatawan untuk naik ke atas stadion untuk melihat proses perubahan sinar matahari menjadi listrik. Tentu ini menjadi pemasukan lain di luar penjualan surplus listrik untuk klub Young Boys yang sudah menggelontorkan dana besar untuk sistem ramah bumi ini.
Di Swiss sendiri, setelah keberhasilan Stade de Suisse, ada 3 stadion lain yang mengikuti jejak positif ini yakni St Jakob, markas FC Basel. Stadion Letzigrud di Zurich, dan SRG Arena, markas klub St Gallen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H