Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengenal Stenografi, Ilmu Kuno yang Berperan Penting di Sejarah Manusia

9 September 2018   22:47 Diperbarui: 9 September 2018   22:53 2650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah surat yang katanya ditulis setan tersebut bermula dari cerita tentang seorang biarawati dari Italia bernama Maria Crocifissa della Concezione. Dinukil dari kompas.com, suster Maria yang hidup pada abad ke-17 itu mengaku kerasukan setan dan menuliskan surat yang isinya terlihat sangat aneh.

Sepintas isi dalam surat tersebut seperti huruf steno namun kemudian hal tersebut dibantah oleh seorang profesor di Italia. "Surat itu muncul seolah-olah ditulis dalam bentuk stenografi. Kami berspekulasi bahwa Suster Maria menciptakan sebuah kosa kata baru yang menggunakan huruf-huruf kuno yang mungkin dia ketahui," kata Direktur Ludum Daniele Abate

Yang menarik juga dari ilmu steno ini sendiri ialah steno selalu jadi keahlian utama dari seorang yang berprofesi sebagai wartawan di zaman dahulu. Pasalnya tugas wartawan di era dahulu harus mampu melaporkan hasil temuannya di lapangan secara cepat dan akurat. Artinya wartawn tempo dulu tidak menuliskan pernyataan narasumber dengan menggunakan singkatan semata namun menggunakan huruf steno. 

Sejumlah wartawan tempo dulu seperti Rosihan Anwar misalnya tentu sangat pandai menulis steno. Pertanyaannya sekarang, apakah ada wartawan saat ini yang bisa menulis dengan cara steno?

Di Indonesia sendiri pembajaran dan penulisan steno berdasarkan dengan sistem Karundeng. Mengapa menulis steno harus menggunakan sistem tertentu? Hal ini disebabkan aturan baku dalam penulisan alfabet serta kata yang berbeda-beda di dunia. Sistem dalam steno memudahkan kita untuk menulis dan mempelajarinya.

Sistem Karundeng sendiri diperkenalkan oleh seorang yang bisa dianggap sebagai bapak stenografi Indonesia, Eliezer Karundeng. Cukup banyak aturan main dalam sistem Karundeng, dan sayangnya saya termasuk yang tidak terlalu mengusai betul menulis steno, maklum saja dua mata kuliah steno saya hanya mampu meraih nilai C dan D, hehe. 

Bagi yang ingin mempelajari steno, sejumlah paduan belajar menulis steno cukup banyak di mesin pencari Google, atau bisa juga mempelajarinya langsung menggunakan buku-buku stenografi. Meksi saat ini sepertinya stenografi tak lagi memiliki ruang, tak ada salahnya mempelajarinya lagi bukan?

Mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri sempat menyampaikan kegelisahannya karena saat ini sudah banyak orang muda yang enggan mempelajari stenografi. Padahal steno menjadi hal paling ngetrend di Indonesia pada era 50-an.

"Saya cari, sampai saya berupaya menemukan guru orang asing, saya sampai jengkel. Mengapa selalu asing, ke mana putra-putri bangsa," kata Megawati seperti dikutip dari rmol.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun