Artinya hal miris atau kemiskinan yang coba disampaikan kang Didi lewat materi stand up-nya memiliki nilai positif bagi mereka yang mendengarnya.
Kelucuan yang disampaikan lewat kisah miris kang Didi sebagai seorang kuli bangunan memang patut ditertawakan namun tentu bukan untuk dihina. Ya, itulah yang saya lihat saat kang Didi tampil di ajang stand up comedy lainnya SUCA 4.
Para host mulai dari Uus, Arie Keriting, Gilang Dirga, dan Ayu Dewi begitu fasih untuk menghina kemiskinan kang Didi.
Hal itu diperparah saat salah satu juri Raditya Dika mengomentari gaya berpakaian kang Didi yang menurutnya justru bisa membuat penonton tak percaya bahwa ia suka makan beras miskin (materi stand up yang kang Didi bawakan).
Dari komentar Raditya Dika tersebut, keempat host dengan semangat langsung bertreatikal murahan, menurut saya, mulai dari melepas jaket yang kang Didi gunakan, menggulung lengan kaos, membuka sepatu dan menggantinya dengan sendal jepit, dan memakaikan helm tukang bangunan. Saya merasa itu menghina kemiskinan dan bukan menertawakan kemiskinan.
Maksud dari Raditya Dika sebenarnya bukan seperti itu, ia kemudian menyebut bahwa bisa saja kang Didi memberikan set up awal dulu yang menggambarkan misalnya bahwa ia tak biasa menggunakan pakaian seperti ini karena kesehariannya sebagai kuli bangunan. Fungsinya, kata Raditya Dika, ialah agar penonton bisa percaya dengan alur cerita yang disampaikan oleh kang Didi.
Sayang kemudian karena terbiasa dengan lawakan receh, para host sepertinya sangat bersemangat dengan melakukan aksi teatrikal tak mendidik.
Hal ini tentu jauh berbeda saat kang Didi tampil di SUCI 7. Ada komentar yang sangat mendidik yang disampaikan oleh Cak Lontong mulai dari kata, Miskin struktural, orang miskin tapi cara berpikir tidak miskin, dan lain sebagainya. Atau yang disampaikan oleh Padji Pragiwaksono, serta Om Indro Warkop.
Mengutip dari salah satu tulisan Kompasiana lain yang berjudul Menertawakan Kemiskinan dalam Dunia Hiburan oleh Agus Ahmad Fathullah bahwa "Miskin itu menderita, kemiskinan itu adalah musuh bangsa, maka tetaplah berusaha untuk tidak menjadi miskin".
Menertawakan kemiskinan ialah cara ampuh untuk kita belajar, dan menghina kemisikinan ialah cara kita untuk tidak mau belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H