Siapa tahu awan “dendam” pada angin, karena berbulan-bulan mau jadi hujan tapi batal terus dibuyar angin. Lalu saking geregetannya, lalu awan mencurahkan air tanpa tahan-tahan. Apa bukan malapetaka lagi bagi Sulawei Utara?
PILKADA
Pemerintah jangan lepas kosentrasi pada rakyat, jangan terbabit pada pesona proses Pilkada, lalu cuaca tidak diperhatikan. Jangan berikan Gubernur baru beban ekstrim, seolah dengan tanpa sengaja; “Biarkan saja, anggap saja ucapan selamat menjabat”; sebab apa beda dengan; “Rasa jo, biar kapok ngana, makang jo tu banjer”.
Pilkada berjalan sudah ada yang urus, Pemerintah dalam hal ini tidak boleh tinggalkan tanggungjawab sehari-hari karena “senang-senang menonton” proses Pilkada.
Kesejahteraan rakyat Sulawesi Utara tetap harus diutamakan. Jangan lemparkan tanggungjawab kepada alam; dan jangan berkilah tunggu Gubernur baru “jo” yang urus.
KOSENTRASI PENUH
Pemerintah dalam hal ini departemen yang terkait pada kesejahteraan rakyat harus ekstra sensitif, apa yang harus dibuat untuk meminimalisir kerugian bila banjir tiba.
Bulan ini bulan krisis, jika hujan tidak turun, ladang tambah parah, petani makin terpuruk; tapi jika hujan tiba lalu balas dendam, petani malah lebih terpuruk lagi, dan ladang malah jadi ambur-adul.
Pemerintah gesit, peka, dan trampil, adalah pemerintah yang layak pimpin negeri; ia akan bersedih hati jika rakyatnya sengsara oleh apapun masalah.
Ayo, pemerintah, apa yang harus dilakukan agar bencana datang rakyat selamat?
Seharusnya sungai Tondano itu dibikin lurus sampai laut mulai dari Paal II. Sungai Sawangan itu lurus dari Perkamil. Seandainya tidak ekonomis, ya lebarkan 10 meter kanan kiri. Semua sungai yang ada di kota Manado dikeruk dan dibikin dalam mínimum 7 meter, dan itu mulai dilakukan sekarang; masakah dalam 5 tahun tidak selesai?
Jangan biasakan tiru yang jelek-jelek, kalau banjir apalagi “guhi basar”, semua muncul di TV tunjuk salah kanan kiri, sementara waktu banjir lagi sembunyi, pemerintah malah asik menonton Liga Eropa.