Melanjutkan :
KURIKULUM MORAL, ANAK PINTAR BELUM TENTU BERMORAL, TETAPI ANAK BERMORAL PASTI PINTAR
Menapak ulang pendidikan Indonesia sejak tahun 1962, saat saya kelas 1 SR, sampai hari ini tahun 2014, pemerintah tetap berfokus mempintarkan anak bukan mencerdaskan anak.
Sangat berbeda dalam hasil antara anak pintar dan anak cerdas. Anak pintar bisa menghafal pelajaran 100 % dikte tanpa bisa menganalisis apa yang ia hafalkan, tetap anak cerdas mampu menganaliasis apa yang dihafalkan orang lain.
Anak pintar bisa menjawab semua pertanyaan yang ia hafalkan, namun anak cerdas menjawab pertanyaan yang bahkan tidak pernah tahu sebelumnya. Dan paling mendasar adalah anak pintar hanya untuk diri sendiri yang semakin hari semakin berfokus kepada diri, sedangkan anak cerdas selalu menelaah lingkungannya yang semakin hari semakin meluas lingkupannya.
Itu sebabnya anak pandai belum tentu cerdas, tetapi anak cerdas pasti pandai. Penjiwaan ini sangat sama dengan anak pintar belum tentu bermoral, tetapi anak bermoral pasti pintar.
GENERASI BARU INDONESIA MEMIMPIN DUNIA DENGAN KECERDASAN YANG BERMORAL.
Progran republikasi pendidikan potong generasi melalui kurikulum moral akan menuntun polapikir dan reflex rurani kepada kecerdasan yang hakikat, yang mengolah dan menyimpulkan keputusan dalam hasil yang baik buat orang lain dan diri sendiri.
Ketika anak tiba di tingkat ini, maka ia telah menjadi anak yang berklasifikasi moral. Padalah level ini berjalan lurus sejak anakdidik itu sebagai PAUD, dan berkembang meluas sampai ia lulus kesarjanaannya.
Semua anakdidik yang dihasilkan pendidikan akan menjadi manusia ideal yang dibutuhkan peradaban. Dan Indonesia sebagai Negara pionir akan menjadi pemimpin dunia masadepan dalam semua sisi bernegara.