Mohon tunggu...
Indonesian Volcano
Indonesian Volcano Mohon Tunggu... Pramugari - PVMBG

Sepakbola Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Sejarah Aliran Piroklastik (Awan Panas/Wedus Gembel) Gunung Semeru

1 Juli 2022   16:45 Diperbarui: 1 Juli 2022   16:50 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk relief gn Semeru (Demnas)

Indonesia merupakan suatu wilayah geografis yang memiliki banyak gunungapi. Kondisi geologi nya memungkinkan wilayah ini memiliki rangkaian gunungapi yang tersebar dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga kepulauan Maluku dan Sulawesi Utara.

Umumnya gunungapi di Indonesia bertipe stratovolcano, yang berarti bahwa tubuh gunungnya tersusun oleh perulangan material letusan baik berupa aliran lava, aliran piroklastik (awan panas atau whedus gembel) dan jatuhan abu vulkanik atau jatuhan piroklastik.

Aliran piroklastik sendiri merupakan suatu masa aliran yang terbentuk sebagai produk utama dalam periode erupsi gunungapi, aliran masa nya dapat mengalir dari puncak gunungapi dalam periode erupsi sebagai akibat runtuhan kubah lava (awan panas guguran) atau dapat juga terjadi bersamaan saat terjadinya erupsi sebagai akibat gravitasi dan dinamika densitas massa (awan panas letusan). Oleh karena nya aliran piroklastik atau awan panas ini dikategorikan sebagai bahaya primer dari bencana erupsi letusan gunungapi.

Bagaimana dengan Gunung Semeru?

Gunung Semeru merupakan gunungapi aktif yang tertinggi di Pulau Jawa. Gunung yang terletak di Kabupaten Lumajang ini memiliki ketinggian puncak mencapai 3676 mdpl. PVMBG, KESDM memasukan gunung ini sebagai gunungapi yang tergolong kedalam gunungapi aktif tipe A yang berarti bahwa aktivitas erupsi nya telah tercatat sejak tahun 1600 dan masih menunjukan kegiatan vulkanisme nya hingga kini. Mengenai standar tahun 1600 ini diyakini bahwa para peneliti geologi Belanda yang melakukan penelitian mengenai gunungapi di Indonesia mulai melakukan pencatatan aktivitas kegiatan gunungberapi  dimulai pada tahun tersebut semenjak mereka menginjakan kaki di Nusantara.

Sebelum kita memulai mengenai sejarah awan panas nya, sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu kondisi geologi dan struktur geologi gunung semeru, supaya kita mendapatkan gambaran secara umum mengenai perjalanan gunung semeru dalam membentuk kerucut tubuh gunungnya.

Mengutip dari Sutawidjaja (1996), bentuk kerucut Gunungapi Semeru, pada ketinggian 800 mdpl hingga pada bagian puncak didominasi oleh lapisan tephra yang
tebal, bersifat andesitis, berumur holosen dengan volume perkiraan nya mencapai 60 km3, kemudian pada bagian 400-800 mdpl merupakan bagian kipas gunungapi yang tersusun atas
perselingan material vulkanoklastik dan bagian pedataran berada pada 400 mdpl. Volume
kerucutnya yang tertutup oleh tephra yang tebal diperkirakan mencapai 60 km3 dengan komposisi
andesitik berumur holosen. Oh ya sahabat, tephra merupakan material jatuhan piroklastik atau jatuhan abu vulkanik oleh proses letusan gunungapi yang sifatnya tidak kompak, kipas gunungapi merupakan suatu bentukan bentangan morfologi dari kerucut gunungapi yang berada pada bagian lereng hingga kearah bagian kaki dari kerucut gunungapinya.

Sahabat, struktur geologi yang berkembang pada suatu kompleks gunungapi merupakan hal yang penting untuk dipahami dalam hubungannya dengan aktivitas vulkanisme gunung tersebut. Struktur geologi atau patahan dapat menjadi jalur bagi magma untuk masuk kedalam kantong atau dapur magma dari suatu gunungapi, sedangkan strukur pada puncak gunungapinya dapat mengontrol perpindahan aktivitas kawah dan juga mengontrol morfologi puncak sehingga perubahan pada morfologi suatu puncak gunungapi tentunya akan berpengaruh pada perubahan arah dari aliran piroklastik dan aliran lava.

Sejarah Aliran Piroklastik Gunung Semeru

Mengutip Thouret (2007), Solikhin (2012), dan volcano.si.edu , sepanjang periode erupsi Gunungapi Semeru sejak 1913 aliran piroklastik dan guguran lavanya mendominasi ke arah tenggara dan selatan yang dikontrol oleh bukaan Kawah Jonggring Seloko. Dan tiga sungai utama yang terhubung langsung dan menjadi daerah endapan material piroklastiknya yaitu Besuk Kembar, Besuk Bang dan Besuk Kobokan.

Juni 1913-Juni 1913 pusat letusan di Kawah Jonggring Seloko

September 1941-Februari 1942 Aliran lava dan awan panas kea rah Timur-Tenggara

Juni 1945             Aliran piroklastik kearah tenggara melanda Ds Sumberwuluh

Februari-Desember 1946              Aliran Piroklastik ke Tenggara melanda Ds Sumberwuluh

Maret-Juni 1947               Aliran Piroklastik ke Tenggara

Juli 1950-Desember 1954             Aliran Piroklastik ke Besuk Sat, Besuk Semut, Koboan dan Lengkong

Februari 1955-1964         Aliran Piroklastik ke Tenggara mencapai 8 km, melanda Lengkong, Rejali, Glidik, Sarat, Koboan, Pancing Timur, dan Semeut

Juli 1975              Aliran Piroklastik melanda Ds Tretes, Kembar

Desember 1977                Aliran Piroklastik sejauh 10 km, volume 6,4 x 106 m3 kearah Kembang dan Lengkong

Maret 1981         Aliran Piroklastik ke arah Kobokan, Kembar dan Bang, yang berjarak 11
km dari puncak, estimasi 6,2 x 106 m3.

Mei 1982             Aliran Piroklastik ke arah Lengkong dan Kembar

Mei 1985             Guguran Lava kea rah Tretes, endapan mencapai 5 106 m3 

Mei 1988             Aliran Piroklastik dan jatuhan abu di Kembar, Tretes, Koboan, C.Lengkong. Volume aliran piroklastik diperkirakan 5 106 m3

Februari 1994    Aliran Piroklastik sejauh 11,5 km kea rah Kobokan dan Kembar. Volume diperkirakan 6,3 106 m3 

Juli 1995              Aliran Piroklastik sejauh 11,5 km kea rah Kembar dan Kobokan

Desember 2002 Aliran Piroklastik kea rah Kembar dan berbelok ke Besuk Bang menempuh jarak 11,5 km

Mei 2008             Runtuhan kubah piroklastik, meluncur ke Tenggara sejauh 3 km

Februari 2012    Aliran Piroklastik sejauh 2,5 km ke Besuk Kembar dan Kobokan

Februari 2016    Aliran Piroklastik sejauh 4,5 km ke Tenggara dan Selatan

Desember 2020 Aliran Piroklastik sejauh 11,5 km ke Besuk Kobokan

Desember 2021 Aliran Piroklastik mencapai 12,5 km lebih ke Besuk Kobokan

Landaan awan panas Semeru Desember 2020 di Besuk Kobokan
Landaan awan panas Semeru Desember 2020 di Besuk Kobokan

Berdasarkan data BNPB pada 22 Desember 2021, aliran piroklastik Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 telah menyebabkan 51 orang korban jiwa dan jumlah warga mengungsi mencapai 10.395 jiwa, yang tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di 3 kecamatan, yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa.

Hingga kini, aktivitas gunungapi Semeru masih terus dipantau oleh PVMBG, KESDM melalui Pos Pengamatan Gunungapi Semeru yang terletak di……….

Kegiatan sosialisasi mengenai mitigasi bencana alam gunungapi terus diupayakan oleh PVMBG. Selain itu pemetaan geologi gunungapi dan pemetaan Kawasan rawan bencana gunungapi juga merupakan langkah awal yang penting untuk memahami karakteristik gunungapi dan potensi bahaya erupsi nya serta perencanaan jalur mitigasinya.

Produk erupsi gunungapi yang membahayakan manusia dapat berupa abu vulkanik, aliran piroklastik (awan panas), aliran lava, dan juga aliran lahar sebagai bencana sekunder dari kegiatan erupsi gunungapi.  Oleh karena gunungapi memiliki bentukan kerucutnya yang bisa kita lihat sehingga bila suatu saat kita berada didekat suatu gunungapi yang sedang aktif atau meningkat aktivitasnya maka terdapat beberapa pertanyaan penting sebagai langkah awal kita untuk mitigasi diantaranya; dari sisi bagian mana sumber erupsi nya, kearah mana nantinya material erupsinya akan mengalir (hal ini khusus untuk aliran lava dan aliran piroklastik yang tentunya dikontrol oleh bentuk dan situasi di kawah puncak sumber erupsi), kemudian seberapa besar volume tersebut akan keluar dan kapan itu akan terjadi.

 Semoga tulisan yang sangat singkat ini dapat bermanfaat.

Komentar dan masukan nya ya  bosquhh…

Salam Mitigasi dan get bussy living….

Hatur nuhun


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun