Mohon tunggu...
TS
TS Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist

Jurnalis, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gelak Guling, Pelukan Bisu, dan Cinta yang Bikin Haha!

15 November 2023   16:20 Diperbarui: 15 November 2023   16:30 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kumpulan Puisi Mini Triani Sandri

"Di antara pelukmu, kurasakan getaran yang berbicara. Tak perlu kata-kata, hanya rasa yang terucap. Itulah seni cinta, sebuah bahasa tanpa suara."

"Mungkin waktu dan ruang tak selalu sejalan. Kita hanya seonggok debu yang berusaha menyatu dalam angin, menciptakan cerita tak terduga."

"Aku seperti laman yang dipenuhi serpihan kenangan. Langkahmu meninggalkan jejak, dan hatiku menjadi museum rindu yang terus-menerus dikunjungi."

"Terlihat sederhana seperti kopi pagi yang tak pernah salah, tapi ada kerinduan di setiap tetesnya. Cinta ini, seiring waktu, semakin pekat, semakin menghanyutkan."

"Bagaikan ombak yang merindukan pantai, begitu aku merindukan pelukanmu. Meski jarak memisahkan, tapi cinta tetap hadir, seperti angin yang membawa aroma laut."

"Di antara kata dan diam, kita menari. Saat kata-kata tak cukup, melodi bisikan hati menjadi paduan harmoni yang membuat segalanya lebih indah."

"Seperti matahari yang menari di ufuk barat, cahaya cintamu memenuhi langit hatiku. Terlepas dari kegelapan, kita bisa bersinar bersama."

"Aku seperti pohon yang tak bisa beranjak, tetapi cintaku untukmu tumbuh bersama akar-akar yang mengarungi waktu."

"Pada akhirnya, mungkin kita seperti dua bintang yang saling berpisah di langit, tetapi kenangan kita bersinar bersama di kegelapan malam."

"Seiring waktu, kita belajar bahwa cinta bukan hanya tentang pertemuan indah, tetapi juga tentang perpisahan yang memberi ruang untuk pertumbuhan dan kebijaksanaan."

"Jika cinta itu berbicara, maka kata-katanya pasti melibatkanmu. Sebab, sejak kenal kamu, hatiku seperti pelajar baru yang tak pernah absen hadir dalam setiap detiknya."

"Kalau ketampananmu bisa diukur dalam satuan, aku yakin satuan itu pasti 'setinggi-tingginya'."

"Hati ini bagaikan magnet, dan kamu sepertinya adalah medan yang tak bisa kutolak. Mungkin kita memang seperti dua kutub yang saling tarik-menarik."

"Seandainya setiap senyumanmu bisa diukur, aku yakin itu bisa jadi standar kebahagiaan dunia."

"Saat kamu lewat, serasa ada 'warning', karena detak jantungku berdebar lebih kencang dari biasanya."

"Aku tidak percaya pada takdir, kecuali takdir kita untuk saling mencintai. Kita seperti dua puzzle yang sempurna saat bersatu."

"Apa tujuan hidupku? Jawabannya sederhana: untuk membuatmu tertawa sepanjang waktu."

"Kamu adalah alasan aku berpikir bahwa 'love' tidak hanya kata empat huruf, tapi juga singkatan dari 'Looking Over Various Emotions'."

"Kalau cinta itu sakit, sepertinya aku ingin terus 'sakit' karena cinta padamu."

"Kau tahu, rasanya bagaikan mendapat jackpot setiap kali kamu membalas pesan singkatku. Mungkin kita adalah permainan beruntung yang tak pernah berakhir."

Penulis: Triani Sandri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun