Produk minuman yang satu ini memang familiar di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Teh Pucuk Harum tidak hanya mudah didapatkan, tetapi keunikan iklannya yang tidak jarang menarik perhatian. Iklan terbarunya di tahun 2020 tampil dengan gaya yang unik, dan menarik untuk meniliknya lebih jauh dengan kajian semantik.
Semantik merupakan studi tentang lambang atau tanda yang memperlihatkan makna dan hubungan diantaranya. Semantik melihat makna sebagai hubungan dua sisi dengan bentuknya, yang mana makna tersebut sudah terpisah dari penuturnya. Semantik sendiri memiliki berbagai pendekatan yang memiliki cakupan kajian masing-masing, dan beberapa diantaranya akan digunakan dalam tulisan ini.
- Relasi Makna
Pendekatan semantik memiliki kajian relasi makna yang secara khas memperlihatkan antara kata dan makna yang terkandung. Beberapa bentuk relasi makna yang akan diulas adalah sinonimi, antonimi atau oposisi. Sinonimi merupakan dua kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama, dan antonimi adalah kata dengan ciri semantik yang sama namun berlawanan secara makna.
Pada iklan tersebut, pihak Teh Pucuk Harum tidak menggunakan relasi makna sinonimi di dalam iklannya, termasuk dalam tataran nomina, verba, atau adjektiva. Banyak iklan-iklan produk Indonesia yang menggunakan sinonimi untuk membuat slogan yang menarik atau gaya kalimat yang mudah diingat. Walaupun seperti itu, antonimi juga dapat digunakan dengan tujuan yang sama, dan itu terlihat dalam iklan ini.
Teh Pucuk Harum menggunakan kata “di luar (rumah)” dan “di dalam (rumah)” secara berulang kali dalam iklannya. Kata di luar dan di dalam menunjukkan keberlawanan makna terhadap ruang/tempat. Kedua kata tersebut diulang sehingga empat kali pada awal video dengan maksud untuk menyoroti bahwa Teh Pucuk Harum sangat cocok diminum pada kondisi haus, efek setelah makan pedas, baik di luar rumah ataupun saat di dalam rumah.
- Perubahan Makna
Perkembangan semantik dalam sejarah telah diteliti oleh banyak linguis. Secara garis besar, banyak yang sepakat bahwa makna memang berubah, yang mana terjadi dalam bentuk katanya dan berhubungan dengan maknanya tersebut. Dalam setiap kajian teoritis, perubahan makna oleh masing-masing linguis diklasifikasikan berbeda-beda. Namun, secara umum perubahan makna tidak akan jauh dari penyempitan, perluasan, atau penghalusan.
Iklan ini dapat kita temui beberapa perubahan makna yang digunakan, dan memiliki jenis yang juga berbeda-beda. Terdapat kata “nikmat” yang digunakan setelah menggambarkan kondisi haus dan terasa pedas setelah menyantap makanan. Dengan itu, makna diperluas bahwa “nikmat” juga dilihat sebagai output berupa solusi kenyamanan terbaik setelah masalah tersebut.
Selain itu, penggunakan kata “pas” disandingkan dengan rasa manis yang didapatkan setelah meminumnya. Kata “pas” pada awalnya identik dengan hasil pengukuran saintifik yang terukur. Rasa manis dalam iklan ini tidak dapat diukur konsumen, dan “pas” digunakan untuk mengilustrasikan manis yang tidak memberikan after-taste berupa rasa nyangkut di leher dan rasa haus yang masih tersisa.
- Semantik Makna Gramatikal
Pada tataran morfologi bahasa, morfem juga dapat memiliki masalah semantik, yang mana morfem memang lazim disematkan dengan makna di dalam satuan gramatikalnya. Selain morfologi, dalam sintaksis juga ada masalah semantik karena proses penyusunan frase, klausa, kata, hingga kalimat mengalami perkembangan dan pasti melahirkan makna-makna baru. Semantik makna gramatikal akan mengulas makna dan perubahannya dalam suatu proses gramatikal.
Terdapat proses afiksasi yang merupakan bagian dari gramatikal dalam iklan ini, yaitu penggunaan kata “manisnya”. Kata tersebut bermakna gramatikal penggambaran terhadap tingkat rasa. Dari situ, kita dapat mengkontekstualisasikan kata “manisnya” sebagai gramatikal subyek untuk menggambarkan rasa, bukan sebagai bentuk ekspresi terhadap sesuatu.
- Semantik Makna Leksikal
Berbeda dengan gramatikal, leksikal yang berasal dari leksem merupakan satuan bahasa dengan makna tertentu di luar konteks lainnya. Pusat dari studi ini adalah mengenai kosakata atau perbendaharaan kata, yang merupakan hasil gambaran nyata terhadap suatu konsep. Maka dari itu, semantik makna leksikal akan menelaah leksem-leksem yang pasti memiliki makna.
Pada iklan ini, penggunaan kata “haus” menggambarkan makna leksikal yang tegas dan tidak diperbandingkan dengan makna lain. Di luar sana, “haus” dapat diinterpretasikan dengan sendirinya yang berasal dari observasi. Dikarenakan iklan ini menjual minuman, maka haus sangat ditonjolkan sebagai kondisi bagian leher yang kering setelah mengonsumsi makanan.
Tidak hanya haus, beberapa kata yang digunakan juga dapat dilihat maknanya secara leksikal, seperti “seger” dengan makna rasa setelah minum, lalu ada “lagi”, “manis”, hingga “pedas”. Akan tetapi, sekali lagi ini merupakan iklan minuman, sehingga leksem-leksem yang digunakan akan selalu digambarkan dengan kondisi haus dan minum setelah makan/beraktivitas.
- Analisis Komponensial
Analisis ini memiliki sudut pandang bahwa menganalisis makna yang terkandung dalam setiap kata harus melihat beberapa komponen ataupun ciri-ciri yang membentuk makna tersebut. Pada studi semantik, analisis komponensial sangat berguna untuk melihat lebih jauh makna dalam kata dengan sinonimi. Oleh karena itu, analisis komponensial banyak digunakan dalam menganalisis kecocokan sebuah kalimat.
Semenjak penggunaan analisis ini dipercaya cocok dengan analisis terhadap kata sinonimi, analisis ini tidak digunakan dalam kata sinonimi karena di dalam iklan ini tidak menggunakannya. Akan tetapi, terdapat kata yang dapat dilihat secara komponennya, yaitu “nyangkut” dalam kalimat “gak nyangkut di leher”. Kata “nyangkut” secara komponen tentu berbeda dengan “nyangkut” sebagai kondisi terkaitnya sebuah benda dengan benda lain.
Kata “bikin” dalam dua kalimat “gak bikin haus lagi” dan “bikin seger di mana aja” secara komponen memiliki makna sebuah kepuasan yang didapat setelah meminum Teh Pucuk Harum. Akan berbeda komponennya jika disandingkan dengan kalimat lain, yang pada umumnya “bikin” bermakna membuat sesuatu benda.
- Analisis Medan Makna
Medan makna menurut Chaer (2002) menjelaskan bahwa itu merupakan salah satu bagian dari semantik yang menggambarkan realitas di wilayah yang terejawantahkan dalam unsur-unsur kata dengan makna-maknanya. Pada studi linguistik, kata-kata itu dikelompokkan atas kesamaan ciri-ciri semantiknya, dan kata-kata tersebut digambarkan sebagai kata dengan medan makna yang sama.
Iklan Teh Pucuk Harum sebagai iklan minuman ini terlihat menggunakan kata-kata yang tergabung dalam medan makna yang sama dengan ciri-ciri semantiknya. Beberapa kata yang sudah penulis sebutkan sebelumnya seperti “di luar” dan “di dalam” dengan medan makna tempat, lalu “seger” dan “nikmat” dengan medan makna output/hasil, hingga “pedas”, “manis”, dan “haus” sebagai medan makna dalam menggambarkan rasa.
Kesimpulan
Analisis semantik berguna bagi kita untuk memahami makna dari sebuah iklan. Tidak mengherankan, jika banyak iklan yang terus menempel di ingatan kita karena penggunaan semantiknya yang pas dan kontekstual dengan produk/jasa yang dijualnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H