Mohon tunggu...
Indira FaizaFattih
Indira FaizaFattih Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Belajarlah dengan giat

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tabungan Bahagiaku

3 Desember 2020   11:25 Diperbarui: 3 Desember 2020   11:35 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalani proses yang cukup melelahkan tetapi aku yakin ibu lebih lelah. Pengalaman menjadi seorang karateka tidak seterusnya lancar, aku berusaha bangun disaat jatuh. Dimana aku selalu menoleh ke belakang bahwa ada senyuman manis ibu yang tidak membuat semangatku runtuh. Akan ku buktikan kepada ibu bahwa aku bisa dan akan ku genggam selalu senyuman manis ibu. Dimana akhirnya aku diberi kesempatan untuk memajang 4 medali di kamar kesayanganku. Aaaa this paid off, taapa meski setengah akan kubayar sisanya atas perjuangan ibu.

Pengalaman yang aku ceritakan saat ini iyalah pengalaman yang paling sangat melekat di benak ku. Dimana ibu ku berpesan ‘’tepat waktunya,ketika putri ibu telah mendekati fase remaja akan diperlakukan seenaknya dengan banyak manusia baik itu orang terdekatmu sendiri. 

Tetapi apapun yang  terjadi kamu tetaplah jadi baik.’’ Yaa! Saat ini aku memasuki usia 17 tahun dimana rasa kekecewaan telah banyak muncul tepat di hadapanku sendiri yang sama persis dengan yang ibu pesankan kepadaku. Aku hanya bisa berteduh kepada pundak ibu yang dimana ibu bagiku adalah sebaik-baiknya tempat mencurahkan isi hati, tempat bertukar pendapat ,tempat berbagi cerita dan tempat dimana aku berkeluh kesah. 

Meskipun ibu sangat senang sekali mendengarkan aku cerita namun, aku  belum terlalu menyadari apakah ibu benar-benar paham tentang dunia yang telah aku lewati. Kata ibu’’ keluarkan saja air matamu meskipun dadamu terasa sesak dan buktikan sekarang atau nanti, tanpa sadar putri ibu bisa melewati masa itu semua dan menjadikanmu jauh lebih baik dari hari kemarin.’’

Inilah Ibu Sekolah Pertamaku dimana ia tidak pernah melewatkan hal sebagaimana mungkin ia akan mengingatkanku. Dimulai dari belajar bertoleransi, belajar jadi pemaaf, berhenti jadi pembenci, berhenti menyalahkan orang lain, belajar untuk tetap introspeksi diri dan yang paling terpenting ialah selalu belajar untuk love my self meskipun kata ibu ada saja orang yang selalu bikin hate my self. 

Suatu ketika aku membuka percakapan kepada ibu ‘’bu..aku takut dimasa depan akan mengecewakan ibu, tidak bisa jadi anak sukses dan takut hanya bisa menyusahkan ibu.’’ Ibu hanya menjawab ‘’berpeganglah pada hatimu, kamu akan menemukan jalan untuk mencapai apapun yang akan kamu raih.’’ Ibu tersenyum dengan tulus sambil memeluk dan berbisik ‘’ibu tak akan membiarkan semangat anak ibu runtuh dan apapun itu, at the end of the day satu-satunya yang kamu punya di dunia hanya diri kamu sendiri. Jadi tetap bertahan untuk menjadi manusia kuat.’’ Mataku basah dan melihat ibu tersenyum dengan tulus sangat luar biasa. Damn so I love it, hanya itu yang aku rasain sekarang. dan bertanya-tanya apakah mungkin ibu senang karena telah dilibatkan dalam kehidupan aku ?.

Ketika di hadapan banyak orang ibuku sangat pandai membuat senyuman, tetapi dibalik semua itu ketika ibu sendirian muncullah rasa sepi yang sangat sulit diungkapkan dan telah menenggelamkan dalam kenikmatan. Meskipun dia banyak menyimpan kegundahan dan bebannya sendiri. Sudah waktunya ibu, aku sangat ingin ibu bercerita tentang dunianya dan aku yakin mampu mendengarkan sekaligus memahami situasinya.  

Dan banyak sekali pertanyaan yang melekat dalam pikiran ,lebih tepatnya ‘’seandainya dari awal aku tidak bertemu dengan ibu,apakah aku akan memiliki pengalaman yang baik seperti sekarang?, apakah aku menyusahkan ibu?,apakah aku merepotkan ibu?,apakah aku pantas jadi anak ibu?,apakah aku hanya beban bagi ibu?.’’ 

Dan tepat di hari ini aku ingin mengambil satu kesempatan untuk bertanya hal kecil itu kepada ibu meskipun rasanya amat sangat canggung sekali. Aku juga ingin mengucapkan rasa terimakasih dari perjalanan gelap yang panjang dan diselimuti rasa ketakutan hingga akhirnya muncullah cahaya yang terang benderang. Selain itu , aku juga ingin menyampaikan kesempatan yang lainnya melalui ceritaku ini dan semoga ibu membaca ceritaku juga ya.       

  • You made my day ibu. Thank you for being by my side and wait for my happy savings to be collected.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun