Nah, coba kita analisa:
 - berapa pengeluaran dasar kita?
 - berapa pemasukan aktif kita?
 - berapa pemasukan pasif kita?
 - ada di tingkat apakah kita?
Seseorang yang ingin all out dalam pencapaian dan menggali potensi, harus merasa aman secara finansial.
Seseorang yang menerima Rp 50 juta/bulan dan mengeluarkan Rp 60 juta/bulan tanpa zakat dan pajak sebenarnya lebih miskin dan berpotensi mengalami goncangan ekonomi daripada seseorang yang menerima Rp 10 juta/bulan dan mengeluarkan Rp 8 juta/bulan sudah termasuk zakat dan pajak, ditambah Rp 3 juta/bulan income pasif.
 Jadi gaji besar bukan tanda kemakmuran. Kemampuan mengelola uang itu yang lebih penting.
Jadi mau kaya atau gaya?
Saat bisnis atau bekerja hanya untuk cari nafkah, kita merendahkan diri sendiri. Harusnya uang menjadi pembantu kita, bekerja untuk kita. Bukan kita bekerja untuk uang. Nilai uang turun terus lagi. Rugi amat.
 Saat kita mapan, bisnis dan pekerjaan kita bisa lebih maju karena kita tidak fokus hanya cari uang. Kita bisa fokus di penggalian potensi diri.
 Untuk karyawan juga kerja lebih produktif dan kreatif karena kita merasa nyaman dengan kehidupan dasar kita.
Usaha baru banyak sekali yang tidak bisa maju. Para pemilik usaha takut bangkrut dan stress karena usaha tersebut fokus hanya untuk cari uang menutupi kebutuhan bulan ke bulan. Jadi tiap usaha harus selesai dulu dengan urusan perut nya. Profit harus sudah mencukupi seluruh kebutuhan dasar si pemilik usaha tanpa mereka harus turun tangan, baru mereka bisa kreatif memikirkan ekspansi.
Bersambung: bagaimana caranya?
Sumber: buku Income Pentagon oleh Lyra Puspa. Beli yuk, sudah ada di gramedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H