Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

She Rules 1 - Bagaimana Digital Mentransformasi Dunia Kerja

19 April 2017   07:56 Diperbarui: 19 April 2017   08:30 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

What if we can learn how to transform our world through digital?

What if we can become Allah’s hands through the digital world, and make it better with our unique talents?

Dunia digital banyak dianggap menakutkan, mengubah cara orang bekerja dan memimpin. Banyak yang enggan untuk merangkul cara baru yang seharusnya mereka pelajari, karena hal itu dianggap tidak nyaman. Bahkan banyak yang hanya melihat aspek negatifnya saja, dan tak mau mengakui bahwa mereka harus berubah, dan dunia sudah berubah.

Be there or be behind.

Ketakutan ini membuat masa kita ini disebut “The VUCA” era. VUCA adalah volatile, uncertain, complex dan ambiguous. Para pelaku bisnis ketakutan akan dunia yang berubah tak menentu, di luar control mereka, tak mereka fahami.

Padahal kita bisa mengubah VUCA menjadi Vision, Understanding, Clarity dan Agility. Inilah kesempatan yang terbuka ke depan, memanfaatkan apa yang tersedia di depan.

Untuk itu kita perlu beberapa tools:

  • Visioning session

Dunia memang berubah dan calon-calon pemimpin pengganti kita perlu kita bantu untuk bermimpi ke depan untuk bisa memimpin perusahaan searah dengan impian mereka pribadi. Visioning session penting untuk bisa menciptakan alignment antara visi perusahaan yang telah disusun sebelumnya, dengan visi team dan akhirnya visi pribadi. Banyak orang yang tak punya visi yang jelas. Mereka hanya bekerja menjalani hari tanpa benar-benar faham apa yang sedang mereka kejar dan ke mana mereka melangkah. Visioning session membantu mereka untuk benar-benar jelas melihat ke depan dan kemudian merancang sendiri langkah-langkah mereka yang sejalan dengan visi perusahaan.

Dengan demikian mereka tidak hanya akan bekerja untuk uang, transaksional, tapi benar-benar inspirasional.

  • Employee engagement

Tidak akan ada perubahan signifikan tanpa adanya team yang benar-benar engaged dengan visi, missi, values dan rencana kerja perusahaan. Program engagement dibutuhkan untuk menyatukan seluruh warga untuk mewujudkan semua itu, bersama-sama, dalam irama yang sama, sehingga semua akan keluar dengan satu nada dan bahasa.

Pembangunan nilai penting sekali, karena saat ini tanpa nilai kita bukanlah siapa-siapa dalam dunia yang penuh dengan persaingan. Kita hanya akan menjadi “salah satu pemain” saja. Nilai membedakan kita, membuat kita unik, dan akhirnya membangun loyalitas dari semua yang mendukung nilai yang sama. Nilai adalah pembeda yang sangat penting di era digital.

  • Employee ambassadorship

Setiap warga bisa menjadi PR atau provokator. Kitalah yang mengarahkannya. Mau tak mau, terima tak terima, semua orang adalah wakil perusahaan di dunia digital. Maka semua yang mereka katakan dan lakukan bisa membangun atau merusak reputasi perusahaan. Banyak sekali perusahaan yang harus mengeluarkan uang jutaan dolar untuk memperbaiki reputasi yang tak sengaja dirusak oleh warganya sendiri.

Maka mengarahkan warga untuk menjadi duta yang baik adalah penting. Susunlah tata cara komunikasi digital yang baik, yang memandu setiap warga apa yang perlu mereka lakukan dan tidak boleh mereka lakukan, untuk kepentingan bersama. Berikan mereka tools yang mereka butuhkan untuk bisa menjadi duta yang baik. Studio yang bisa digunakan bersama, tempat-tempat yang “instagrammable” dan berbagai tools lain, penting untuk disediakan.

Corporate ambassadorship adalah kunci saat ini untuk menciptakan presence untuk mendapatkan talent terbaik dalam industry dan cakupan klien yang luas yang tak terjangkau tanpa adanya digital presence.

  • Coaching is the way

Di dunia digital pertemuan adalah kemewahan. Maka setiap pertemuan akan mubazir kalau hanya digunakan untuk “melaporkan” perkembangan. Setiap pemimpin harus mampu menggunakan cara komunikasi baru: coaching-style communication, yang bisa memberdayakan dan menggali potensi terbesar dari warganya. Baik secara langsung maupun secara digital.

Like it or not, your team needs coaching. Don’t say it, don’t give instruction, don’t tell them what to do. Let them speak so that they know what they need to excel, and what the company needs from them to grow significantly.

  • Jadikan digital sebagai way of life

Digital bukan divisi, tapi way of life. Semua orang perlu mulai merangkul kebiasaan hidup digital, mulai dari pimpinannya sampai anggota team yang paling junior. Kalau dulu orang harus bisa pakai word, powerpoint, dll, sekarang perlu ada training untuk mengasah kemampuan menggunakan iMovie, Yelp, IG, dan berbagai digital tools lain. Even email is so out of date.

Training tak lagi bisa dilakukan hanya dalam kelas. Berdayakan digital untuk membangun dan mengasah soft skill dan hard skill setiap hari.

Rekrutmen, retention, semua perlu mulai memberdayakan aspek digital.

Bangunlah pemahaman dan dukungan setiap pihak secara gradual. Susunlah sebuah digital roadmap sehingga akhirnya terciptalah sebuah lingkungan kerja yang benar-benar mampu merengkuh dunia dengan sebuah ketikan.

Jakarta, 18 April 2017

Disampaikan Indira Abidin, Chief Happiness Officer PT Fortune Indonesia Tbk dalam  “She Rules in the digital world” oleh Veltica Academy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun