Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kanker adalah Berkah dan Kurikulum Bukan Musibah

17 April 2017   17:26 Diperbarui: 17 April 2017   17:43 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Bagi saya, kanker adalah sekolah hidup yang amat sangat prestis. Pada saat saya menerima konfirmasi diagnosa kanker, setelah biopsy, saya berseru kegirangan, “Yes.” Rasanya bahagia sekali, seperti waktu pertama kali menerima berita saya masuk FEUI dulu.

Mungkin hal ini membingungkan, aneh dan tidak masuk akal bagi sebagian besar orang. Bahkan saat saya pertama kali membuat blog mengenai pengalaman menerima diagnose kanker, saya tulis: “Alhamdulillah saya kanker.” Ibu saya menegur dan meminta saya menggantinya.

“Kamu kayak nantang Allah,” katanya.

Jadi saya ganti dengan “Berkah di balik kanker.”

Kenapa saya merasa sangat bahagia? Karena kanker tidak mudah, dan banyak yang takut dengan kanker. Ini seperti menerima soal matematika yang super sulit, tapi fakta bahwa Allah memberikannya pada saya, artinya Allah merasa saya bisa menjawabnya. Inilah yang benar-benar membuat saya excited dan tertantang. Seru rasanya.

Saya juga merasa bahwa saya jadi punya pengalaman langsung yang sangat berharga untuk nanti saya share. Saya jadi tahu apa yang benar-benar dihadapi oleh teman-teman penerima kurikulum kanker lainnya.

Dan dalam perjalanannya saya sering diingatkan bahwa umur itu ada batasannya, jadi setiap hari harus menjadi jalan menuju surga. Dalam setiap keputusan di perusahaan, di rumah hal ini menjadi pertimbangan. Dan menurut Rasulullah manusia yang selalu mengingat hari akhir adalah manusia yang paling cerdas. Nah, berkat kanker saya bisa berupaya menjadi manusia cerdas.

Di luar sana, mungkin banyak yang sulit mensyukuri kanker, karena memang faktanya kanker dianggap sebagai penyebab kematian nomor 7 dan kanker identik dengan kematian. Faktanya pula menurut Kementrian Kesehatan dan Konsil Kedokteran Indonesia hanya ada 1.21 tempat tidur rumah sakit dan 0,04 dokter per 1.000 penduduk. Padahal ada 1,4 insiden kanker per 1.000 penduduk. Mau dikemanakan yang lain? Apalagi infrastruktur ini terpusat di kota besar, bagaimana dengan yang di daerah?

 Tapi tak perlulah galau. Kalau kita lihat di dunia tahun 2017 diperkirakan ada 12.820 kasus baru kanker serviks, dan 4.210 kasus meninggal; 22.410 kasus baru kanker ovarium dan 14.080 meninggal; 252.710 kasus baru kanker payudara dan 40.610 meninggal. Artinya, ada 8.610 kasus hidup untuk kanker serviks, 8.330 untuk kanker ovarium dan 21.100 untuk kanker payudara, bukan? Dan marilah kita berusaha menjadi angka statistic yang hidup tersebut.

Bagi saya, sakit atau sembuh sesungguhnya sama saja. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menjadi pembawa rahmat bagi alam semesta, sebagai wakilnya. Dan kalaupun sembuh, tak cukup kalau kita tak bahagia. Tak cukup pula kalau kita tidak vibrant, atau membawa kebahagiaan bagi semua yang ada di sekeliling kita. Dan kalau semua itu bisa terjadi semoga kita bisa makin baik lagi membawa berkah bagi semesta. Ini tantangannya. Sehat hanyalah salah satu jalan menuju tujuan ini.

Dan saya percaya kanker bukanlah penyebab kematian. Kematian sudah disiapkan olehNya ribuan tahun sebelum kita lahir. Kanker bisa jadi adalah alatNya untuk mensucikan kita semua. Dan kematian yang diawali dengan kanker bisa menjadi akhir yang penuh persiapan, tidak mendadak. Dan tak perlu pula galau dengan mereka yang ditinggalkan. Semua pasti sudah diatur olehNya dengan sebaik-baik pengaturan. Tak perlu khawatir. Yakin dan percaya penuh padaNya.

Usaha saya untuk mengatasi kanker adalah;

1. Belajar sebanyak mungkin.

Beberapa buku andalan saya adalah The Miracle of Enzym, The pH Miracle dan Mind Over Medicine. Selain itu saya banyak sekali mencari berbagai buku lain dan mengikuti berbagai pelatihan. Saya percaya kesembuhan harus datang dari dalam maka saya mencari berbagai cara untuk memberdayakan badan, pikiran dan jiwa untuk sembuh.

2. Menggunakan jaket listrik.

Saya menggunakan Electro-Capacitative Cancer Therapy temuan Prof. Dr. Warsito dari Januari 2013 sampai September 2014. Alhamdulillah alat ini sangat membantu saya mengatasi kanker. Alhamdulillah di bulan April 2014, berdasarkan hasil scanner di tempat yang sama, Electro Capacitative Volume Tomography, aktivitas sel kanker saya dinyatakan sudah ada di area aman, tidak lagi ganas seperti sebelumnya. Alhamdulillah.

3. Belajar self healing

Saya banyak belajar Life Energy Medicine, terutama dari Hanara di Bandung, serta terapi Sentuhan Spiritual Quantum. Saya belajar latihan pernafasan, olah raga, olah pikiran dan olah jiwa, dan dari sinilah menemukan banyak jalan untuk menjadi pribadi yang lebih baik

Dan ternyata selama saya menjalani berbagai treatment tersebut, saya menuai banyak sekali prestasi dan penghargaan. Perusahaan yang saya pimpin menjadi perusahaan yang sukses memenangkan berbagai award dan pengakuan internasional. Saya sendiri juga dinobatkan menjadi pemimpin terbaik masa depan oleh Majalah Swa, dan Indonesian Wonder Woman dari UI. Jadi kanker bukanlah penghalang untuk meraih prestasi.

Setelah itu saya menjalankan missi hidup saya yang saya janjikan pada Allah saat saya didiagnosa kanker, saya mendirikan Lavender Ribbon Cancer Support Group, atau Yayasan Lavender Indonesia, sebagai wadah edukasi dan pemberdayaan para penerima kurikulum kanker. Saya banyak sekali menulis, berbagi melalui blog dan berbagai channel media sosial. Dan akhirnya saya dan suami mendirikan Rumah Lavender untuk menjadi tempat bagi anggota komunitas bertemu setiap hari untuk mendapat terapi Sentuhan Spiritual Quantum dan selimut listrik.

Dari perjalanan saya mengatasi kanker, saya menemukan bahwa ada enam hal yang sangat penting dalam menghadapi kanker. Apapun metode yang dipilih, baik medis ataupun non medis, jangan lupa untuk:

1. Selalu prasangka baik

Kepada Sang Maha Penyembuh, kepada tubuh kita, kepada kanker, kepada siapapun yang ada di sekitar kita. Yakinlah bahwa semua yang hadir dalam hidup kita adalah ujian dari Sang Maha Kuasa, dan diberikan dengan niat baik. Semua bisa menjadi baik, tergantung dari cara kita menghadapinya. Kanker adalah baik, kalau kita bisa melihatnya sebagai sinyal tubuh bahwa ada yang harus diperbaiki pada body mind soul, dan untuk mendekat kepadaNya.

Prasangka baiklah kepada Sang Penyembuh bahwa semua ada obatnya kecual ajal. Maka semangat terus dan optimislah.

Ikhlaskan, dan nikmati apapun yang dihardikanNya dalam hidup kita. Semua hal yang kita anggap bencana bisa menjadi karunia dan semua yang kita anggap karunia bisa menjadi bencana, tergantung cara kita menghadapinya.

2. Syukuri semuanya

Setelah dinikmati, syukuri semuanya. Hanya mereka yang mampu mensyukuri semua nikmat, karena dan bencana yang akan mendapat limpahan nikmat di bumi dan langit. Maka rasakan betapa nikmatnya bisa mensyukuri segala hal.

Ingat bahwa hanya Allah yang tahu apa yang terbaik bagi kita, apapun yang kita fikir bagus untuk kita belum tentu yang terbaik. Maka syukurilah apapun yang ada. Jangan rindukan yang tak ada.

3. Unconditional Love

Cintai semuanya. Cintai setiap sel dalam tubuh kita, cintai sakit kita, cintai kanker kita, cintai orang tua, keluarga, teman, masyarakat, bahkan mereka yang dzalim kepada kita. Orang-orang yang dzalim tersebut adalam kiriman Allah untuk menguji kita, ibarat guru penguji. Senang kan, dikirimi Allah orang untuk menjadi penguji.

Cintai semuanya secara utuh. Doakan mereka dan harapkan yang terbaik bagi semuanya.

4. Jadilah tanganNya

Jadilah wakilNya untuk membawa kebaikan dan mencegah keburukan dalam alam semesta. Bahagiakanlah orang lain, bawakan kesejahteraan sebagai wakilNya bagi mereka.

Rasakan indahnya menjadi wakilNya, sehingga apapun kesukesan kita tak perlu membawa kebanggaan berlebihan dan setiap kegagalan tak perlu membawa kesedihan. Pasti ada hikmahnya. Allah minta kita belajar lagi.

5. Menyatu denganNya

Satukan diri denganNya dengan penyatuan yang utuh, karena Allah hadir lebih dekat daripada urat nadi kita. Maka rasakan kehadiranNya setiap saat. Ia selalu mendengar, tinggal kita patuhi semua perintahNya dan jauhi seluruh laranganNya. Kita insya Allah akan selalu aman di dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun