Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Merasa Sudah Ikhlas Belum Tentu Benar-benar Sudah ikhlas

23 Maret 2017   08:36 Diperbarui: 23 Maret 2017   17:00 3259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah group ada obrolan yang sangat menarik. Kita simak yuk. Nama tidak saya buka ya.

Seorang Bapak Terapis A: 

"Bapak, Ibu, kemarin saya ada pengalaman menarik. Saya mengalami sakit di kedua bahu dan ini sudah berlangsung sebulan.
Sudah saya terapi dan sudah dipijit sana sini tapi tidak membuahkan hasil. Habis dipijat enak dan besok kumat lagi.

Akhirnya saya teringat dengan kasus teman yang mengalami migren, juga sudah berobat kemana-mana dan tidak kunjung sembuh. Pada saat berkunjung ke rumah sakit dia pasrah dan bilang,'Terima kasih Tuhan atas sakit migren yang diijinkan ke saya.' Dan ini diucapkan berulang kali sampai ia merasa damai. Tiba-tiba sakit migrennya hilang dan tidak pernah kambuh lagi."

Sayapun melakukan hal yang sama. Nggak tahu gimana pas istirahat siang sekitar jam 12 saya tidur di kursi kantor dan ketika bangun kedua bahu saya berkurang sakitnya hingga 90%.

Kadang-kadang penyembuhan yang diijinkan Tuhan itu sangat-sangat tidak terduga. But it works. Lucunya saya mengobati kedua bahu yang sakit ini sebulan dengan berbagai tekhnik. Mungkin Tuhan mau bilang  "emang sudah jago ya?" ketika saya menyerah dan pasrah serta ikhlas justru di sembuhkan ilmu Allah itu memang diatas segala galanya🙏

Kalau sudah bisa ikhlas begini apapun itu indah. Cuma untuk menemukannya bisa berpuluh puluh tahun. Tiap ilmu itu ada waktunya. Dan setiap orang untuk sampai disinipun juga ada waktunya."

Seorang notaris cantik dari Sukabumi menyambung:

"Saya juga pernah mengalami ini dan pernah belajar mengenai ini. Saya ajak tubuh bicara ucapkan terima kasih dengan tulus ikhlas, sambil elus-elus bagian tubuh yang sakit, minta maaf dengan tubuh sembari minta maaf yang dalam, terima kasih sudah bersama, it works. Biasanya saya lakukan ini sembari mandi. Jadi mandi itu adalah salah satu ME TIME saya untuk bicara  jiwa raga ini dengan Tuhan. Dan jangan lupa sambil tersenyum. Saya sesekali sambil ngaca di kamar mandi hanya untuk memastikan apakah senyumku sudah ikhlas dan tulus... 😊 itu rasanya bahagia loh."

Anggota lain berkata:

Ini mirip waktu saya keguguran dan sangat kesakitan. Saya waktu itu dikasih obat untuk mengeluarkan janin tapi sudah dicoba dua minggu dengan obat nggak berhasil. Dokter bilang harus kuret. Saya nggak mau. Itu kan kayak operasi. Jadi saya putuskan pakai metode NLP dan afirmasi. Saya juga diajari dokter bicara dengan janin pakai pendulum sebagai ganti kinesiologi.
Pendarahan banyak sekali dan saya kesakitan luar biasa. Lalu saya diajarin teman saya untuk afirmasi, 
"Ya Allah, saya bersykur, rela dan ikhlas Engkau berikan saya janin ini. Sekarang saya juga bersykur, rela dan ikhlas ia keluar."
Saya ucapkan berulang kali sambil ngobrol sama si janin.

Alhamdulillah sakit hilang dan janin keluar tanpa harus kuret. Cek ke dokter bersih. Dokter sampai bilang, kalau sama Ibu teori kedokteran apapun ga berlaku deh hehehe. 

Saat keguguran terjadi saya fikir saya ikhlas, ternyata ikhlas nya di otak atas tidak sampai otak bawah hehehe.
Bilang nya ikhlas tapi mungkin sesungguhnya nggak.
Dampaknya bisa sampai sekarang. Alhamdulillah hal ini terjadi jadi aku tahu dan bisa belajar dari si badan dan si batin yang belum tentu kompak dengan si otak heheheh.

Bayangkan kalau obat beneran berhasil mengeluarkan janin, belum tentu sampai sekarang ikhlasnya datang. Dan tidak ikhlas menahun itu bisa bikin penyakit kanker lebih berat.

Benar banget tuh. Syukuri dulu kehadirannya, kirimkan sayang dan cinta."

Bapak B:

"Jangankan untuk ikhlas, untuk memaafkan saja harus pakai afirmasi. Banyak orang yang berkata saya sudah memaafkan kok, padahal selama dia belum ambil waktu untuk melakukan afirmasi bahwa dia telah memaafkan si Fulan karena Tuhan, dia pada hakikatnya belum memaafkan. Makanya beban emosi kemarahan yang menggayutinya belum akan lepas."

Bapak A:

"Kita semua punya pengalaman menarik yang perlu kita bagi untuk sebanyak-banyaknya orang. Yuk, kita bagi yuk.

Pagi ini hujan cukup deras. Saya bilang Tuhan gimana nich saya mau berangkat kantor. Ketika saya merenung sejenak inilah yang diijinkan Tuhan untuk berbagi dengan teman-teman sekalian. Tiada detik yang berlalu dengan sia-sia. Selamat berlatih, berbagi. Dan tetap semangat👍😁. Love you all💝💝."

Notaris:

"Udaranya sejuk, rasanya adem. Seadem sharing kita di pagi ini yang mendapatkan ilmu banyaaakkk sekali dan sangat bermanfaat.... Alhamdulillah... 🙏 Terima kasih untuk semuanya di pagi yang sangat indah ini  #sambil tersenyum penuh syukur yang dalam #.

Pagi pun kembali berlalu tanpa kata. Hanya sunyi yang membawa renungan akan ikhlas. Ikhlas yang menyaksikan bahwa pikiran belum tentu kompak dengan jiwa dan badan. Bahwa badan selalu mengikuti hati, lebih dari mengikuti pikiran. Bahwa kita seringkali merasa sudah ikhlas, sudah baik-baik saja, tapi ternyata jiwa belum tentu ikhlas. Dan akhirnya badan mengikut saja tanpa berfikir.

Ikhlas juga bersaksi bahwa kadang ia butuh afirmasi berkali-kali untuk menurunkan ikhlas menuju jiwa, untuk bisa berkata pada tubuh. Karena jiwa selalu tahu bagaimana cara Allah menyembuhkan.

Ikhlas yang diminta Sang Penyembuh, sebagai syaratNya mulai turun tangan dan mengambil alih. Karena manusia manapun tak akan mampu menyembuhkan. Hanya Ia yang bisa dan mengizinkan.

Pagi yang sunyi tanpa kata membawa pesanNya masuk ke hati yang ingin disentuhNya, pesan ikhlas bagi hati yang mau mendengar, merasa dan berserah.

Apa lagi yang perlu kita ikhlaskan hari ini agar Allah bisa mulai masuk dan mengambil alih urusan kita? Mengapa hal ini penting?

Akan jadi manusia seperti apa kita kalau ikhlas selalu ada di pikiran, jiwa dan badan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun