“Tulang ini adalah nasehat Umar bagiku,” jelas Amr bin Ash. “Ia ingin mengatakan, bahwa aku hanya manusia yang nantinya akan menjadi tulang belulang seperti ini. Maka aku tak boleh seenaknya. Dan aku harus lurus dalam memerintah, adil dan bijaksana, tak boleh menyimpang sama sekali, atau pedang Umar akan menjadi penentu keadilan, seperti garis yang ditorehkan Umar pada tulang ini,” tambahnya.
“Wah, jadi Umar sangat adil ya?” tanyanya.
“Iya, Umar sangat adil, dan memang Islam mengajarkan seluruh pemimpinnya untuk adil dan tidak pandang bulu. Semua harus tunduk pada hukum keadilan,” jelas Amr bin Ash.
Pria Yahudi tersebut sangat takjub. Belum pernah ada pemimpin rendah hati, bijaksana. Ia pun kemudian mengetahui bahwa Umar benar-benar menjalankan nilai-nilai Islam yang dipelajarinya dari Rasulullah saw. Dan seperti itulah seharusnya seorang pemimpin.
Pria Yahudi itu terkesima dan sangat tersentuh hatinya. Maka ia tak jadi bersikeras di atas tanahnya. Ia pun mengatakan bahwa ia kini ingin mengikuti ajaran yang benar-benar adil pada semua umat manusia, dan ia pun menyatakan dirinya menerima Islam sebagai agamanya.
Bukan kekerasan yang bisa melembutkan hati, tapi kebaikan dan keadilan lah yang membuat hati manusia tertawan, lembut dan akhirnya menyatu dengan apa yang telah digariskan. Inilah pelajaran yang diajarkan Umar dalam kisah ini. Banyak sekali kisah lain yang menggambarkan bahwa keadilan dan kepedulian lah senjata ampuh bagi para pemimpin untuk bisa menjalankan pemerintahannya dengan mulus.
Pemimpin harus menyentuh hati dengan menunjukkan kebijaksanaan dan kasih sayang tak pandang bulu.Pemimpin harus membangun dukungan dengan mau mendengarkan dan menetapkan kebaikan.
Karena kita semua adalah pemimpin, apa yang dapat kita lakukan saat ini dengan lebih baik lagi, sebagai seorang pemimpin, meneladani kisah diatas?
Bagaimana agar kita dapat terus menjadi pemimpin yang lebih baik lagi setiap hari?
Dan bagaimana agar kita dapat mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk juga menjadi pemimpin yang lebih baik lagi setiap hari?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H