“Pakaiannya iman dan takwa,” jawab laki-laki tersebut.
Bingunglah pria Yahudi itu. “Di mana ia saat ini, Pak? Saya ingin menemuinya,” tanyanya lagi.
“Di depanmu,” jawab laki-laki yang ternyata adalah Umar bin Khatab.
Pria Yahudi itu kaget luar biasa. Tak disangkanya pemimpin besar yang wilayah kekuasannya meliputi negaranya, Mesir, bisa sesederhana itu. Umar memang hanya memiliki dua jubah, satu pun milik anaknya, dan sudah bertambal-tambal. Maka tak ada tanda kemewahan sama sekali. Ini hal yang benar-benar diluar dugaan pria Yahudi Mesir tersebut.
Disampaikannya kegundahan hatinya dan rencana penggusuran tanahnya. Maka Umar pun memintanya mengambil sebuah tulang unta yang ada di dekat mereka. Digoresnya sebuah garis lurus di atas tulang unta tersebut.
“Berikan tulang ini pada gubernurmu,” perintah Umar.
Kembali pria Yahudi tersebut menjadi sangat bingung.
“Apa maksudnya?” tanyanya lagi.
“Berikan saja. Ia akan mengerti,” tegas Umar.
Maka pulanglah laki-laki itu ke Mesir, dan sesampainya di Mesir diserahkannya tulang itu pada Amr bin Ash. Menerima tulang itu dan melihat goresan pedang Umar di atasnya, Amr bin Ash begidik ketakutan. Langsung dibatalkannya rencana penggusuran itu.
Pria Yahudi itupun bertanya, “Apa maksudnya ini? Mengapa engkau langsung berubah keputusan hanya karena menerima sepotong tulang?”