KPHI sarat akan isu-isu kemanusiaan. Tidak seperti sampulnya yang imut, cerita di dalamnya lebih dari itu meski ini genre fantasi. Isu-isu tentang kemiskinan, penelantaran anak, dan eksploitasi hadir dalam novel ini.
Ada satu hal yang menarik dalam KPHI. Penyampaian terhadap satu isu kemanusiaan disampaikan dengan cara unik seakan menyentil pembacanya. Kalian tidak akan menduganya dan membayangkannya pun tidak akan sanggup.
Penulis tentu apik dalam meramu cerita yang nyentrik ini. Ide cerita yang berat ini disampaikan secara satir yang nyelekit. Pembaca akan dihantui uncomfortable feeling setelahnya.
Kata-kata panjang dan catatan kaki unik
Ciri khas pertama dari KPHI adalah deskripsi cerita yang terkesan bertele-tele nyaris melenceng. Maksudnya adalah penulis kerap kali menjelaskan tentang suatu adegan dengan sangat panjang yang diakhiri twist yang tidak sesuai yang diharapkan pembaca.
Lalu, ciri khas kedua dari KPHI adalah catatan kaki yang tidak biasa. Pembaca akan mengira itu hal yang penting, selayaknya catatan kaki, tapi ternyata tidak. Catatan kaki itu berisi hal absurd yang menimbulkan ketawa satir yang anehnya menarik untuk dibaca.
Dari segi bahasanya sendiri pada dasarnya mudah dipahami. Akan tetapi, pembaca yang belum terbiasa dengan gaya bahasa penulis akan sedikit kesulitan mencerna makna dan alur cerita.
Pada akhirnya, novel Kita Pergi Hari Ini bukanlah cerita dongeng biasa. Novel ini bukan diperuntukkan untuk anak-anak. Cerita yang dibangun dari hal remeh-temeh kemudian berkembang membahas isu-isu sosial. Tentu, lagi-lagi kutipan don’t judge a book by it’s cover adalah benar. KPHI akan menjebakmu dengan sampul imutnya. Tertarik untuk membaca?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI