Mohon tunggu...
Indi Kusuma Hati
Indi Kusuma Hati Mohon Tunggu... Freelancer - Blog Contributor

Seseorang yang gemar membaca dan belajar untuk menulis dengan baik. Berusaha untuk menjadi manusia yang mau mengembangkan diri, mengeksplor, meriset, dan menulis tentang banyak hal yang bisa berguna bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel Romansa STOVIA Karya Sania Rasyid: Empat Sekawan Berbeda Suku, Ras, dan Agama

19 Juni 2024   13:17 Diperbarui: 19 Juni 2024   14:18 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinopsis Romansa STOVIA 

Yansen, pemuda campuran Manado-Belanda, belajar ke Batavia untuk menjadi seorang dokter. Di STOVIA, dia bertemu Hilman, Arsan, dan Sudiro yang berakhir menjadi sahabat sejatinya. Keempat sekawan tersebut menjalani kehidupan mereka dalam mengenyam pendidikan sebagai dokter dengan baik.

Namun, pendidikan dokter yang sulit itu juga harus dibarengi dengan masalah-masalah yang timbul dalam hidup mereka. Menguji keyakinan mereka, menguji kepercayaan, harga diri, dan nama baik keluarga. Pelik betul apa yang hadapi keempat pemuda ini.

Jatuh-bangun. Suka-duka. Tangis-tawa. Cinta monyet. Cinta salah jalan. Cinta terlarang. Mereka hadapi bersama dengan tetap mempertahankan persahabatan mereka.

Lantas. Kembali lagi kepada satu pertanyaan. Apakah Yansen, Hilman, Arsan, dan Sudiro mampu menyelesaikannya?

Bukti Persahabatan Sejati dari Empat Sekawan 

Dalam novel ini, saya soroti bahwa eratnya hubungan persahabatan antara Yansen, Hilman, Arsan, dan Sudiro. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Yansen, pemuda campuran Manado-Belanda. Hilman, pemuda nigrat Bandung, Arsan, pemuda Padang kaya raya, Sudiro, pemuda Jawa sederhana.

Saya kagum banget dengan bagaimana keempatnya mau mendukung satu sama lain. Mereka memiliki rasa toleransi dan solidaritas yang tinggi. Apalagi di zaman itu, adanya perbedaan terang antara orang Belanda dan pribumi. Kaya dan miskin. Kulit putih dan kulit hitam.

Sania Rasyid setidaknya berhasil menampilkan persahabatan yang penuh perbedaan yang disatukan dengan rasa toleransi yang apik. Para tokoh-tokohnya betul-betul dibuat untuk tidak memandang sahabatnya lebih unggul dari mereka.

Bertolak belakang dari itu, mereka digambarkan saling dukung satu sama lain. Saling menasehati kalau ada yang hilang arah. Saling memaafkan jika ada yang salah. Saling memberikan pundak jika sahabat mereka dalam kesedihan.

Lagi-lagi saya salut dengan penggambaran dari persahabatan mereka. Uniknya, mereka tidak pernah sekali pun mau bersaing. Itu adalah hal yang langka. Tokoh Yansen, Hilman, Arsan, dan Sudiro adalah bukti persahabatan sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun