Tindak pidana korupsi dinegeri ini sudah bukan rahasia lagi, karena hampir disemua sektor terjadi hal tersebut, bahkan secara terang-terangan dan berjamaah pula!. Sehingga ada anekdot yang mengatakan bahwa ” korupsi sekarang tidak lagi terjadi dibawah meja tetapi bersama meja-mejanya ikut dikorupsi”, korupsi bukan hanya merajalela dan meratulela bahkan sudah mendarah daging.
Sehingga ada cemoohan dari orang-orang yang melakukan korupsi kepada orang yang tidak mau atau belum melakukan hal yang sama sebagai orang yang “sok alim”, “sok suci” , “gak doyan uang lagi”, “ulama dikampung maling”, dan sebutan-sebutan lain yang menyindir orang-orang yang masih bertahan atas prinsipnya untuk tidak melakukan korupsi.
Tidak berhenti sampai disitu, mereka melakukan tindakan seperti yang dilakukan oleh teman-teman , kolega , rekanan Murad tempatnya bekerja dengan teror secara halus hingga ancaman pembunuhan jika tidak ikut kedalam perbuatan korupsi. Menyelipkan uang kedalam amplop atau map untuk proyek yang sudah diloloskan, memberi parcel, hadiah pernikahan yang mewah, hingga ancaman untuk “mengarungi” orang yang tidak mau mengakomodir kepentingan dalam hal tindakan korupsi.
Susahnya Murad untuk keluar dari lingkaran korupsi adalah sebuah fakta yang sama terjadi dinegeri ini, betapa kita lihat setiap harinya berita yang mengabarkan bahwa pejabat dari level terendah hingga pejabat tinggi, satu persatu menjadi pesakitan karena tindak pidana korupsi yang ia lakukan.
Pegawai negeri sipil, Bupati, walikota, Gubernur, Menteri,Presiden, mantan Presiden, pejabat BUMN, politikus, penggiat LSM, dan lain-lain adalah barisan yang rentan untuk melakukan tindakan korupsi.
Kalau bukan karena telah mendarah dagingnya perilaku untuk melakukan tindak pidana korupsi, tentu akan sangat mudah untuk memberantas korupsi dinegeri ini. Kalau bukan karena telah menjadi gurita yang mencengkeram begitu banyak pihak sehingga lahirnya mafia-mafia yang menggerogoti harta kekayaan negeri ini, tentu akan banyak rakyat yang terangkat kondisi perekonomiannya. Tentu saja negeri yang kaya raya ini tak perlu ada cerita duka anak-anak yang busung lapar dan kekurangan gizi, nenek yang mencuri 3 butir cokelat lalu mengalami tindakan hukum yang tidak adil.
Korupsi yang menggurita dan mendarah daging ini tidak bisa dilawan oleh seorang “Murad” belaka, meskipun telah tertanam kepribadian yang kuat. Diperlukan kekuatan lain yang saling mendukung satu sama lain. Murad-Murad yang ada dinegeri ini jangan dibiarkan berjuang sendirian, karena akan mengalami kehabisan tenaga dan menumbangkan pendirian yang kokoh.
Kekuatan yang bermula dari lingkaran terdekat, yaitu keluarga, istri dan anak-anak, orangtua, lingkungan yang baik, lembaga-lembaga yang bersih, penegak hukum yang adil, pembuat undang-undang yang amanah, pemimpin yang komitmen terhadap kesejahteraan rakyatnya. Tanpa itu semua akan hanya seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.
Teriakan-teriakan yang menggaungkan untuk menghentikan tindakan korupsi hanya akan memenuhi ruang-ruang diskusi dan wacana belaka, karena tak sempat terimplementasikan dalam tindakan hukum yang benar-benar membuat efek jera. Gaung yang hanya sebatas pencitraan belaka tak menyentuh nurani para pelakunya.
Adakah kita termasuk orang yang malah berpihak dengan secara tidak sadar dengan para koruptor dengan sikap yang menjelekkan pihak-pihak yang berusaha memerangi tindakan korupsi, hanya karena mereka berada dipihak atau dilembaga yang mereka perangi. Mengganggap semuanya telah menjadi hitam oleh korupsi hanya karena kita telah terlanjur mengganggap buruk semua yang terkait didalamnya.
Harus kita sadari bahwa korupsi sudah bukan permainan individu-individu tetapi sudah menjadi jaringan yang saling terkait satu sama lain, saling melindungi, saling memberi peran dalam kepentingan yang sama, yaitu menjadikan korupsi sebagai lahan yang harus tetap dipertahankan.